Selasa, 24 Mei 2011

PENGHAKIMAN

Sekalipun kedua peristiwa kebangkitan sebenarnya sudah menunjukkan keadaan manusia di kemudian hari, hal itu tidak akan meniadakan penghakiman. Seluruh filsafat penghakiman yang akan datang itu bertumpu pada hak Allah yang berdaulat untuk menghukum semua ketidaktaatan serta hak pribadi seseorang untuk membela diri ketika disidangkan. Sekalipun Allah itu berdaulat, sebagai Hakim seluruh bumi, Ia akan bertindak dengan adil (Kejadian 18:25). Ia akan melakukan keadilan bukan karena harus tunduk kepada suatu hukum yang ada di luar diri-Nya, melainkan sebagai ungkapan watak-Nya sendiri. Masing-masing orang akan mendapat kesempatan untuk menerangkan mengapa ia bertindak sebagaimana yang telah dilakukannya dan untuk mengetahui alasan-alasan hukuman yang dijatuhkan padanya. Semua ini merupakan faktor-faktor mendasar dari setiap pemerintahan yang benar. Sepanjang pemerintahan manusia mengatur negara sesuai dengan tatanan semacam itu, pemerintahan tersebut meniru metode pemerintahan Allah. Kini kita perlu bertanya: apakah yang diajarkan Alkitab tentang penghakiman- penghakiman yang akan datang?

KEPASTIAN PENGHAKIMAN
Adanya penghakiman baik bagi orang yang benar maupun bagi orang yang tidak benar telah diberi tahu oleh hati nurani manusia. Penulis kitab Pengkhotbah, yang berbicara dari segi pandangan manusia duniawi, mendorong setiap pemuda untuk hidup menuruti keinginan hatinya, namun menambahkan sebagai peringatan, bahwa untuk semuanya itu Allah akan menghakimi mereka (11:9). Dalam pasal yang berikutnya ia menulis, "Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" (12:14). Paulus berbicara tentang hati nurani manusia sebagai sedang menuduh atau membela manusia, mengingat, "hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus" (Roma 2:16). Sedangkan Ibrani 10:27 menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa dengan sengaja dapat menantikan "kematian yang mengerikan akan penghakiman." Mustahil untuk memikirkan betapa dalamnya kebejatan moral manusia apabila ia tidak perlu takut akan penghakiman yang kelak terjadi. Dengan kata lain, hati nurani nampaknya mengatakan bahwa seandainya tidak akan ada penghakiman, maka penghakiman harus diadakan.
Perasaan spontan dari hati manusia ini didukung oleh Alkitab. Dalam kitab Kejadian, Abraham mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi (18:25), dan Hana mengatakan bahwa "Tuhan mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya" (1Samuel 2:10). Daud mengatakan bahwa Tuhan "datang untuk menghakimi bumi" (1Tawarikh 16:33; band. Mazmur 96:13; 98:9), dan mengatakan bahwa "takhta-Nya didirikan-Nya untuk menjalankan penghakiman" (Mazmur 9:8). Dalam Yoel, Allah berfirman, "Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru (3:12; band. Yesaya 2:4). Kenyataan ini lebih sering ditegaskan dalam Perjanjian Baru. Yesus bersabda, "Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya" (Matius 16:27). Ketika berada di Atena, Paulus mengatakan bahwa Allah telah "menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya" (Kisah 17:31; band. Roma 2:16; 2Tesalonika 1:7-9). Paulus selanjutnya menyatakan bahwa "kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2Korintus 5: 10; band. Roma 14:10). Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa setelah kematian datanglah penghakiman (9:27). Rasul Yohaneslah yang "melihat orang- orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu" untuk dihakimi (Wahyu 20:12). Allah telah memberikan kepastian tentang adanya penghakiman dengan membangkitkan Kristus, Sang Hakim, dari antara orang mati (Kisah 17:31).

TUJUAN PENGHAKIMAN
Mengapa perlu bagi Allah untuk melaksanakan penghakiman? Strong mengatakan, "Tujuan penghakiman akhir bukanlah untuk memastikan, melainkan untuk menyatakan watak serta penetapan berbagai keadaan lahiriah yang sesuai dengan watak tersebut." Allah sudah mengetahui keadaan semua makhluk moral, sehingga akhir zaman hanya akan menyatakan betapa adilnya penghakiman yang dilaksanakan oleh Allah. Ingatan, hati nurani, dan watak kita merupakan persiapan dan bukti untuk penyingkapan yang terakhir itu (Lukas 16:25; Roma 2:15, 16; Efesus 4:19; Ibrani 3:8; 10:27). Peristiwa-peristiwa penghakiman ini akan terjadi untuk menunjukkan keadilan Allah dalam berurusan dengan manusia. Di hadapan pengadilan Allah semua mulut akan tertutup (band. Roma 3:19). Tidak perlu beranggapan bahwa setiap orang akan mengakui bahwa ia menerima imbalan yang sesuai dengan perbuatannya, namun tersirat bahwa tidak ada orang yang akan mempunyai alasan yang tepat untuk mengeluh, dan karena itu tidak ada yang mengeluh.

SANG HAKIM
Allah yang menghakimi semua orang (Ibrani 12:23), namun Ia akan melaksanakan pekerjaan ini melalui Yesus Kristus. "Bapa ... telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak" (Yohanes 5:22) dan telah melakukan hal itu karena "Ia adalah Anak Manusia" (Yohanes 5:27). "Allah telah ... memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati" (Kisah 17:31). Kristus akan menghakimi "orang-orang hidup dan orang- orang mati" (Kisah 10:42; 2Timotius 4:1). Ia akan menghakimi orang- orang percaya berdasarkan perbuatan mereka (2Korintus 5:10; band. Roma 14:10); binatang, nabi palsu, dengan tentara-tentara mereka (Wahyu 19:19-21); bangsa-bangsa yang berkumpul di hadapan-Nya (Matius 25:31, 32); Iblis (Wahyu 20:1-3, 10; band. Kejadian 3:15; Ibrani 2:14); bangsa-bangsa yang hidup pada masa kerajaan seribu tahun (Yesaya 2:4; Yehezkiel 37:24, 25; Daniel 7:13, 14; Wahyu 11:15); orang-orang mati yang tidak mau bertobat (Wahyu 20:11-15). Fungsi ini telah ditugaskan kepada-Nya sebagai imbalan karena Ia telah merendahkan diri-Nya (Filipi 2:9-11), dan karena Dia sendirilah yang memenuhi syarat untuk melakukan tugas tersebut. Sebagai Allah, Ia memiliki pengertian yang dalam untuk menghakimi (Yesaya 11:3) dan wewenang untuk menghakimi manusia; sebagai manusia, Ia mengerti dan ikut merasa bersama dengan manusia. Di dalam diri-Nya keadilan dan kemurahan berbaur menjadi satu sehingga sebagai hakim seluruh bumi Ia akan mengambil tindakan yang adil dan benar (Kejadian 18:25).

BERBAGAI PENGHAKIMAN
Dalam suatu survei yang lengkap tentang pokok ini kita harus mulai dengan apa yang telah terjadi di masa silam. Di dalam Kristus dosa- dosa kita telah dihakimi sekali untuk selamanya (Yesaya 53:4-6; Yohanes 1:29; 2Korintus 5:21; Galatia 3:13; Ibrani 10:10-14; 1Petrus 2:24; 1Yohanes 2:2). Dengan demikian orang percaya di dalam Kristus telah dibebaskan dari kesalahan serta hukuman dosa, karena Kristus telah mengambil alih kesalahan tersebut dan telah menjalani hukuman atas dosa itu baginya. Tidak ada orang percaya yang akan dihakimi untuk dosa-dosanya, karena ia telah dihakimi untuknya di dalam Kristus (Yohanes 5:24). Sekalipun demikian, ada penghakiman untuk orang-orang percaya saat ini, yaitu penghakiman atas dosa mereka pribadi. Paulus menasihatkan orang-orang percaya untuk menghakimi diri mcreka baik dalam kehidupan mereka sendiri (1Korintus 11:31, 32) maupun dalam kehidupan jemaat (1Korintus 5:5; 1Timotius 1:20; 5:19, 20). Allah mendisiplinkan anak-anak-Nya yang tidak taat agar mendorong mereka untuk menghakimi diri sendiri serta membuang dosa dari kehidupan mereka (2Samuel 7:14, 15; 12:13, 14; Ibrani 12:5-13). Namun dalam kesempatan ini kita akan lebih memerhatikan berbagai penghakiman yang akan datang. Kami menyebutkan berbagai penghakiman karena tidak ada penghakiman umum sebagaimana tidak ada kebangkitan umum. Unsur-unsur waktu, mereka yang dihakimi, dan masalah-masalah yang dihakimi, menunjukkan adanya paling sedikit tujuh peristiwa penghakiman yang akan datang.

a.       Penghakiman Orang-Orang Percaya
Sebagaimana sudah kita lihat, ketika Tuhan kembali, Ia akan menghakimi orang-orang percaya berdasarkan perbuatan mereka (Roma 14:10; 1Korintus 3:11-15; 4:5; 2Korintus 5:10). Setiap orang akan diminta untuk memertanggungjawabkan pemakaian talentanya (Matius 25:14-30), uang mina (Lukas 19:11-27), serta kesempatan yang telah diberikan kepadanya (Matius 20:1-16). Hari itu akan menyatakan apakah seseorang telah membangun dengan memakai kayu, jerami, tumput kering, ataukah emas, perak, dan batu permata (1Korintus 3:12). Bila pekerjaannya dibangun dengan kayu dan sebagainya itu, maka pekerjaannya itu akan habis terbakar, tetapi ia sendiri akan diselamatkan namun seperti dari dalam api (ayat 15); bila pekerjaannya dibangun dengan memakai emas dan sebagainya itu, maka ia akan menerima upah (ayat 14). Alkitab menyebut berbagai jenis mahkota atau trofi: mahkota yang abadi (1Korintus 9:25), mahkota kebenaran (2Timotius 4:8), mahkota kehidupan (Yakobus 1:12; Wahyu 2:10), mahkota kemuliaan (1Petrus 5:4), dan mahkota sukacita atau kemegahan (1Tesalonika 2:19; band. Filipi 4:1).
b.      Penghakiman Israel
Dalam arti yang unik, masa kesengsaraan itu akan merupakan masa kesusahan bagi Yakub, namun kita diberi tahu bahwa "ia akan diselamatkan daripadanya" (Yeremia 30:7). Kita melihat penganiayaan orang Israel sepanjang masa itu dalam kitab Wahyu (12:6, 13-17); hanya mereka yang tergolong sisa bangsa Israel yang dahinya termeterai akan bebas dari pengalaman ini (Wahyu 7:1-8). Namun, nampaknya akan ada penghakiman yang lebih lanjut lagi yang berasal dari Allah sendiri dalam kaitan dengan pengumpulan kembali orang-orang Israel yang berserakan di mana-mana. Yehezkiel, ketika membicarakan penghakiman ini, menggambarkannya sebagai proses penyingkiran pemberontak- pemberontak di antara Israel ketika sedang menuju ke tanah suci. Mereka akan dibawa keluar dari tempat pengembaraan mereka, namun mereka akan mati di padang gurun dan tidak akan masuk ke tanah Israel (Yehezkiel 20:33-38). Rupanya Maleakhi juga membicarakan penghakiman yang sama ini ketika menggambarkan Tuhan sedang duduk sebagai tukang pemurni logam, sambil mentahirkan orang-orang Lewi (3:2-5). Penghakiman-penghakiman ini terjadi di atas bumi dan berkaitan dengan kedatangan Tuhan kembali ke bumi. Penghakiman inilah yang menentukan siapa dari orang Israel yang akan kembali ke tanah suci serta menjadi anggota Israel pada masa yang akan datang.
c.       Penghakiman Babilonia
Dengan memakai gambaran seorang wanita, kitab Wahyu menggambarkan suatu sistem federasi agama (17:1-19:4). Pada mulanya wanita ini mengendarai seekor binatang yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Ini menunjukkan bahwa sistem kepemimpinan gereja untuk sementara waktu akan menguasai sistem kepemimpinan politik. Namun kesepuluh tanduk (raja) akan berbalik dan membenci wanita itu, bahkan merampas segala miliknya, dan menghancurkannya. Kemudian binatang itu akan memajukan dirinya untuk mengambil alih pimpinan keagamaan tertinggi. Nampaknya akan ada koalisi yang kuat di antara perserikatan-perserikatan keagamaan dan perdagangan. Ketika Babilonia sebagai suatu sistem keagamaan dihancurkan, ia akan bangkit kembali sebagai suatu organisasi perdagangan dunia. Namun kemakmurannya tak lama bertahan. Pada suatu hari Tuhan Allah akan menghakimi dan membinasakannya sama sekali. Para pedagang dunia akan meratapi kehancurannya, tetapi para penghuni sorga akan bersorak serta menyanyi "Haleluya!" ketika hal itu terjadi. Penghakimannya akan terjadi sebelum kedatangan Tuhan kembali ke bumi (Wahyu 19:1-4, 11-21), dan ia akan dijatuhi hukuman kekal (Wahyu 19:19-21).
d.      Penghakiman Binatang, Nabi Palsu, Dan Pasukan Mereka
Roh-roh jahat yang keluar dari mulut naga, binatang, dan nabi palsu menjelang berakhirnya masa kesengsaraan akan pergi ke seluruh dunia untuk mengumpulkan bangsa-bangsa guna berperang pada hari Tuhan (Wahyu 16:12-16). Nampaknya, mereka berkumpul untuk merebut Yerusalem dan menangkap orang-orang Yahudi yang ada di Palestina (Zakharia 12:1-9; 13:8-14:2); tetapi justru pada saat kemenangan mereka sudah pasti, Kristus akan turun dari sorga dengan semua pasukan-Nya (Wahyu 19:11- 16) serta turun tangan membela Israel. Maka bala tentara yang tadinya menyerang Yerusalem akan berbalik menyerang Anak Allah, namun pertempuran itu akan sangat singkat dan menentukan. Binatang dan nabi palsu akan ditangkap dan dicampakkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala (Wahyu 19:19,20), dan bala tentara mereka akan dibunuh dengan pedang yang keluar dari mulut Kristus (2Tesalonika 1:7- 10; 2:8; Wahyu 19:21). Jadi, perlawanan politik akan dipatahkan dan terbukalah jalan bagi Kristus untuk memulai pemerintahan-Nya. Patut dicamkan bahwa penghakiman ini akan terjadi ketika Kristus kembali ke bumi. Peristiwa itu akan melibatkan pasukan-pasukan dengan pemimpin- pemimpin mereka yang telah maju untuk memerangi Kristus. Hasilnya ialah bahwa mereka yang melawan Kristus akan dicampakkan ke dalam lautan api dan hukuman kekal.
e.       Penghakiman Bangsa-Bangsa
Perikop-perikop seperti Yoel 3:11-17; Matius 25:31-46; dan 2Tesalonika 1:7-10 nampaknya berbicara mengenai penghakiman atas bangsa-bangsa. Penghakiman bangsa-bangsa harus dibedakan dengan penghakiman di hadapan takhta putih, karena penghakiman bangsa-bangsa mendahului kerajaan seribu tahun. Penghakiman bangsa-bangsa juga harus dibedakan dengan penghakiman binatang, nabi palsu, beserta bala tentara mereka. Bangsa-bangsa itulah yang mengirim bala tentara itu, namun bangsa-bangsa itu berbeda daripada pasukan-pasukan tersebut. Setelah Kristus selesai menangani pasukan-pasukan itu, Ia akan mengumpulkan bangsa-bangsa untuk dihakimi pula. Patut diperhatikan bahwa domba akan masuk ke dalam kerajaan Allah, sedangkan kambing akan masuk hukuman kekal. Namun perlu juga diperhatikan bahwa sekalipun perlakuan terhadap saudara-saudara Tuhan kita, mungkin Israel, disebut dalam hubungan dengan penghakiman ini, alasan-alasan yang lebih dalam bagi penghakiman ini terdapat dalam kenyataan bahwa golongan domba itu memiliki hidup kekal sedangkan golongan kambing tidak memilikinya.
f.        Penghakiman Iblis Dan Malaikat-Malaikatnya
Ketika sedang terjadi masa kesengsaraan, Iblis akan dilempar ke bumi (Wahyu 12:7-9, 12). Ketika Kristus tiba di bumi, Iblis akan diikat dan dimasukkan ke dalam jurang maut selama seribu tahun (Wahyu 20:1-3). Setelah seribu tahun, ia akan dilepaskan untuk sementara waktu. Selama waktu itu, ia akan menipu bangsa-bangsa di bumi sekali lagi dan ia akan berhasil mengumpulkan bala tentara yang sangat besar untuk berperang melawan orang-orang saleh dan kota yang dikasihi, Yerusalem (Wahyu 20:7-9; band. Yehezkiel 38, 39). Akan tetapi, api akan turun dari langit dan menghanguskan mereka semua. Tidak perlu diragukan lagi bahwa tidak lama kemudian mereka akan berdiri di hadapan takhta putih besar dan dilemparkan ke dalam lautan api bersama-sama dengan orang- orang lain yang tidak diselamatkan. Setelah itu, Iblis sendiri akan dihakimi dan dicampakkan ke dalam lautan api untuk selama-lamanya (Wahyu 20:9, 10). Nampaknya, pada saat itu para malaikat yang ikut memberontak bersama-sama dengan Iblis juga akan dihakimi (2Petrus 2:4, Yudas 6). Kita diberi tahu bahwa api yang kekal itu telah dipersiapkan bagi "Iblis dan malaikat-malaikatnya" (Matius 25:41), dan mungkin inilah saatnya mereka akan menerima hukuman mereka (band. Matius 8:29; Lukas 8:31).
g.       Penghakiman Orang Fasik Yang Mati
Penghakiman ini akan terjadi setelah kerajaan seribu tahun (Wahyu 20:11-15; 21:8). Pada akhir kerajaan seribu tahun akan terjadi kebangkitan yang kedua (Wahyu 20:5); berkat dinyatakan ke atas mereka yang ikut serta dalam kebangkitan pertama, tetapi tidak atas mereka yang baru bangkit pada kebangkitan yang kedua. Secara tidak langsung dikatakan bahwa nasib mereka tidak menyenangkan.
Mereka adalah orang-orang yang tidak diselamatkan dari seluruh sejarah umat manusia. Mereka bangkit dan menghadap takhta putih yang besar. Rombongan ini akan meliputi yang kaya dan yang miskin, orang merdeka dan budak, raja dan rakyatnya, orang terpelajar dan yang tidak terpelajar, majikan dan karyawan; semua mereka akan berdiri sebagai terdakwa yang bersalah di hadapan Sang Hakim.
a)      Dasar penghakiman ini. Dua hal dapat dikatakan tentang dasar penghakiman ini. (1) Orang-orang ini akan dihakimi "berdasarkan apa yang ada tertulis dalam kitab-kitab itu" (Wahyu 20:12). Jelaslah, dalam kitab-kitab tercatat nama semua orang yang tidak percaya. Akan tetapi, di samping kitab-kitab itu, terdapat juga "kitab yang lain, yaitu kitab kehidupan" (Wahyu 20:12). Inilah kitab anugerah ilahi di mana tercatat nama orang-orang yang adalah ahli waris anugerah (Lukas 10:20; Wahyu 3:5; 13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:27). Selanjutnya, (2) orang-orang ini akan dihakimi menurut perbuatan mereka. "Penghakiman akan berlangsung berdasarkan bukti yang diberikan dari catatan perbuatan dan dari kitab kehidupan." Orang percaya akan diberi pahala sesuai dengan perbuatannya, tetapi orang yang tidak percaya akan dihakimi sesuai dengan perbuatannya (band. Roma 2:5-11). Ketidaktahuan akan kehendak Tuhan tidak akan meloloskan siapa pun, tetapi akan memperbaiki hukuman (Lukas 12:47, 48).
b)      Lamanya hukuman. Semua yang namanya tidak tercatat dalam kitab kehidupan akan dicampakkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:15). Lautan api ini disebutkan sebagai kematian yang kedua (Wahyu 21:8). Kenyataan ini mengakibatkan timbulnya pertanyaan, apakah hukuman yang akan datang itu bersifat kekal? Memang demikian, berdasarkan pernyataan Firman Allah yang jelas dan dahsyat. Di antara orang kaya dan Lazarus terdapat jurang yang lebar, sehingga tidak mungkin orang pergi dari tempat yang satu ke tempat yang lain (Lukas 16:26). "Ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam" di Gehenna (Markus 9:48). Nampaknya kata-kata ini dikutip dari Yesaya 66:24, dan dalam ayat itu tersirat bahwa senantiasa akan ada makanan untuk ulat-ulat bangkai tersebut dan sesuatu untuk dibakar oleh api. Asap api yang menyiksa para pemuja binatang itu akan mengepul "selama-lamanya" (Wahyu 14:11). Pastilah, mereka tidak dikhususkan dari antara orang-orang fasik di dunia untuk menerima hukuman yang lebih berat daripada orang-orang lain yang sama fasiknya. Agaknya, binatang dan nabi palsu itu masih hidup setelah dihukum seribu tahun di dalam lautan api (Wahyu 19:20; 20:10). Semua orang fasik dicampakkan ke dalam lautan api yang sama (Wahyu 20:12-15; 21:8). Alangkah baiknya bagi Yudas sekiranya ia tidak dilahirkan (Matius 26:24). Hal ini tak dapat dikatakan tentang seseorang yang telah bertahun-tahun dan bahkan beribu-ribu tahun mengalami siksaan pada akhirnya akan dikembalikan kepada hidup yang berbahagia.
Bagaimana pun juga, mungkin yang paling penting ialah arti dari kata Yunani aion dan aionios. Istilah yang pertama muncul 120 kali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan sebagai "zaman" (2Korintus 4:4), "dunia" (1Korintus 1:20), "tidak akan ... untuk selama-lamanya" (Yohanes 4:14), dan "selama-lamanya" (Yohanes 6:51). Jika diberi kata depan eis maka kata tersebut senantiasa berarti jangka waktu yang tak berkesudahan. Kata sifat aionios terdapat sekitar 70 kali dalam Perjanjian Baru. Kata ini dipakai untuk menunjuk kepada Allah (Roma 16:26), Kristus (2Timotius 1:9), Roh Kudus (Ibrani 9:14), berkat- berkat bagi orang-orang yang percaya (2Tesalonika 2:16; Ibrani 9:12), hukuman orang fasik (2Tesalonika 1:9), dan seterusnya. Kadang-kadang kata ini terdapat dua kali dalam satu frase "tetap untuk seterusnya dan selamanya" (Ibrani 1:8). Perhatikan juga rujukan-rujukan macam lain ini: Mazmur 52:7; Matius 12:31, 32; Markus 3:29; Ibrani 6:4-6; 10:26-29; 2Petrus 2:17: Yudas 13. Mungkin rujukan yang paling kuat terdapat dalam Matius 25:46. Ayat itu membandingkan hukuman orang fasik yang akan berlangsung selama-lamanya dengan kebahagiaan abadi dari orang-orang yang diselamatkan. Ketika orang percaya hidup selama- lamanya di hadapan Allah, dan menikmati kemurahan-Nya, maka orang yang tidak percaya akan selama-lamanya berada jauh dari hadirat Allah yang membahagiakan.
Keberatan-keberatan terhadap doktrin ini. Beberapa keberatan terhadap doktrin ini telah dikemukakan. (1) Orang-orang fasik akan dibinasakan (Mazmur 9:6; 92:8; 2Tesalonika 1:8,9). Jawaban kami ialah bahwa orang-orang pada zaman Nuh juga dibinasakan (Lukas 17:27), dan demikian pula penduduk Sodom dan Gomora (Lukas 17:29), namun mereka harus tampil untuk dihakimi (Matius 11:24). Pembinasaan tidaklah berarti pemusnahan; lebih tepat kalau dikatakan bahwa apa yang telah dibinasakan itu tidak dapat dipakai lagi sebagaimana mestinya. (2) Orang-orang fasik akan binasa (Mazmur 37:20; Amsal 10:28; Lukas 13:1- 3). Akan tetapi, binasa tidak berarti tidak ada lagi. Para murid Tuhan pernah berteriak, "Tuhan, tolonglah, kita binasa!" (Matius 8:25), tetapi mereka tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa mereka sedang terancam kemusnahan. Imam besar Kayafas mengatakan, "Kamu tidak insaf bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa" (Yohanes 11:50), tetapi ia hanya bermaksud mengungkap ketakutan kalau-kalau orang Romawi akan datang untuk memerketat penjajahan. Paulus memakai istilah yang sama ketika berbicara tentang kelemahan jasmani pada tubuh kita. Paulus mengatakan, "Meskipun keadaan kami yang lahir ini dibinasakan, tetapi keadaan yang batin kami itu dibaharui sehari-hari" (2Korintus 4:16, Terj. Lama). (3) Suatu hari yang dahsyat akan tiba bagi orang fasik yang membuat mereka tidak berakar dan tidak bercabang (Maleakhi 4:1). Namun harus diketahui bahwa ayat ini membahas keadaan tubuh saja, tubuh mereka akan terbakar, namun secara rohani mereka akan ada terus (lihat juga Amsal 2:22). (4) Dikatakan bahwa orang fasik mati dalam dosa mereka (Yehezkiel 18:4; Yohanes 8:21; Roma 6:23). Harus dingat bahwa kematian berarti pemisahan, bukan pemusnahan. Lihatlah orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31) dan jiwa-jiwa di bawah mezbah (Wahyu 6:9-11). Bila kematian pertama tidak berarti pemusnahan, bagaimana mungkin kita beranggapan bahwa kematian kedua berarti pemusnahan (Wahyu 20:15; 21:8; band. 19:20; 20: 10)? (5) Segala sesuatu akan dipulihkan. Pendapat ini merupakan penggalan dari Kisah 3:21; pernyataan sepenuhnya memang dibatasi oleh kata-kata "difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu." Ayat ini berbicara tentang datangnya kerajaan Allah di bumi. (6) Keberatan yang paling kuat yang telah dikemukakan ialah bahwa Allah yang kasih adanya tidak mungkin menghukum makhluk ciptaan-Nya untuk selama-lamanya. Akan tetapi, pendapat ini lupa bahwa pada saat kematian watak seseorang sudah tidak bisa berubah lagi, dan hukum kesesuaian menuntut bahwa yang hidup harus dipisahkan dari yang mati. Yang dipersoalkan bukanlah kasih Allah, melainkan kehidupan jiwa. Namun setelah mengatakan semuanya itu, kami mengatakan satu kali lagi bahwa akan ada tingkatan-tingkatan hukuman (Lukas 12:47,48; Roma 2:5- 8; Wahyu 20:12,13), menurut keadilan Allah.

 Sumber:

Judul Buku
:
Teologia Sistematika
Pengarang
:
Henry C. Thiessen
Penerbit
:
Gandum Mas, Malang, 1992
Halaman
:
599 - 610

Siapakah Yesus Kristus: YESUS ADALAH UNTUK SEMUA ORANG DAN HAKIM UNTUK SEMUA ORANG

   A.     YESUS ADALAH UNTUK SEMUA ORANG
Ayat Hafalan:
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)
Pada mulanya, Setan membawa Adam dan Hawa masuk dalam dosa melalui satu dusta. Akibatnya, Adam dan Hawa harus mempertanggungjawabkan dosa-dosa mereka karena mereka lebih memercayai kebohongan Setan daripada kebenaran Allah. Sampai sekarang Setan masih terus membawa orang-orang ke dalam dosa dengan kebohongannya. Salah satu dusta besar yang disebarkan Setan di Indonesia pada masa kini adalah bahwa Yesus hanyalah Allah untuk orang-orang kulit putih, bukan untuk orang-orang Indonesia. Siapa yang mendengar dan mengikuti dusta ini akan terhilang selama-lamanya.
Setiap orang yang membaca dan percaya pada Alkitab, tidak akan pernah tertipu dengan dusta ini. Kita seharusnya mengerti bahwa hanya ada satu Allah. Dia adalah Allah untuk semua orang. Dialah yang menjadikan semua orang. Alkitab mengajarkan pada kita bahwa Allah yang satu ini hanya mempunyai satu rencana keselamatan. Rencana keselamatan ini berlaku sama untuk setiap orang di dunia ini. Agar beroleh keselamatan, raja-raja dan ratu-ratu demikian juga orang- orang yang paling miskin dan hina, harus bertobat dan memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Para dosen/guru di universitas atau orang yang tidak berpendidikan juga harus bertobat dan memercayai Yesus. Orang kulit hitam, coklat, kuning dan putih, semua harus bertobat dan memercayai Yesus dengan cara yang sama jika mereka mau memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Ya, hanya ada satu Allah, satu Juru Selamat dan satu jalan keselamatan.
Setan telah berdusta ketika dia mengatakan bahwa Yesus hanya untuk orang-orang bangsa tertentu saja. Alkitab menjelaskan dan mengatakan bahwa Yesus adalah untuk setiap orang yang percaya. Perhatikanlah firman Allah mengenai hal ini.
1.      Nabi-nabi Berkata bahwa Yesus adalah untuk Semua Orang
Perhatikan Kejadian 22:18, "Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat karena engkau mendengarkan firman-Ku." Kemudian perhatikan pula Galatia 3:16, "Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya." Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" yaitu banyak orang (bentuk jamak), tetapi hanya satu orang, yaitu "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Ayat dalam kitab Kejadian tersebut mengajarkan bahwa Allah menunjukkan rencana kemurahan-Nya kepada semua orang di dunia ini melalui anak Abraham. Kemudian ayat dalam Galatia mengacu kepada janji dalam kitab Kejadian itu, bahwa rencana kemurahan Allah akan ditunjukkan melalui keturunan langsung dari Abraham, yaitu Yesus Kristus. Allah telah menjelaskan di dalam Alkitab PL bahwa Juru Selamat yang dijanjikan itu adalah untuk semua orang di dunia.
Dalam Yesaya 49, kita membaca satu nubuatan mengenai Juru Selamat yang dijanjikan itu. Kita menemukan ayat-ayat mengenai Pribadi yang dijanjikan tersebut dalam bagian terakhir dari ayat 6, "Aku akan membuat Engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari-Ku sampai ke ujung bumi." Yesus berkata bahwa Dialah terang dunia. Hal itu pasti. Allah telah merencanakan bahwa Yesus haruslah menjadi suatu terang yang menunjukkan jalan keselamatan kepada semua bangsa di dunia ini.
2.      Malaikat Berkata bahwa Yesus adalah untuk Semua Orang
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud'" (Lukas 2:10-11). Para malaikat menyampaikan berita yang Allah berikan pada mereka. Dalam berita yang Allah berikan tersebut, malaikat menyatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Juru Selamat untuk semua orang.
3.      Yohanes Pembaptis Berkata bahwa Yesus adalah untuk Semua Orang
Ketika Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus, dia berkata tentang Yesus dengan kata-kata ini, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29). Yohanes Pembaptis mengerti bahwa Yesus tidak datang menyelamatkan satu ras manusia. Yohanes menyatakan bahwa Yesus akan menjadi Juru Selamat bagi setiap orang yang akan bertobat dan mempercayai-Nya.
4.      Yesus Berkata bahwa Berita Keselamatan adalah untuk Semua Orang
Sebelum terangkat ke surga, Yesus sendiri berbicara kepada murid- murid-Nya dan berkata, "Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Yesus mengatakan kepada para murid bahwa berita keselamatan adalah untuk setiap orang di dunia ini.
5.      Allah Hanya Mempunyai Satu Rencana Keselamatan untuk Semua Orang
Renungkanlah ayat hafalan untuk pelajaran ini, Yohanes 3:16. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Dari ayat tersebut kita belajar bahwa Allah mengasihi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kita juga belajar bahwa Allah telah memberikan Yesus, Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang akan memercayai Yesus tidak akan terhilang, tetapi mempunyai hidup yang kekal.
Setan akan berusaha membuat kita percaya bahwa Yesus hanyalah untuk sekelompok orang saja, tapi hal itu adalah satu dusta yang melawan kebenaran yang diajarkan Allah. Allah menjelaskan bahwa Yesus adalah Juru Selamat setiap orang. Setiap orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus akan mempunyai hidup yang kekal. Biarlah kita tidak sampai tertipu oleh dusta Setan. Kita harus percaya kepada Allah.
B.     YESUS ADALAH HAKIM ATAS SEMUA ORANG
Ayat Hafalan:
"Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak." (Yohanes 5:22)
Banyak orang akan menjadi sangat terkejut ketika mereka mengetahui bahwa ada begitu banyak orang yang bertindak sebagai seorang hakim pada hari-hari ini, dan itu benar. Setiap hari ada orang mendengar tentang Yesus Kristus. Mereka mendengar bagaimana Yesus mati untuk mereka dan bagaimana mereka harus bertobat dan menerima-Nya sebagai Juru Selamat dan Tuhan-Nya. Beberapa orang percaya Yesus mati untuk dosa-dosa mereka sehingga mereka bertobat dan menerima-Nya. Tetapi beberapa yang lain menolak dan menentang Yesus. Demikianlah mereka telah menjadi hakim atas Yesus dalam keputusannya.
Dalam Alkitab, kita membaca tentang seorang yang menghakimi Yesus. Namanya adalah Pontius Pilatus. Dia mendengarkan pengadilan Yesus. Kemudian dia bertanya, "Apa yang akan saya lakukan terhadap orang yang disebut Kristus ini?" Ketika kerumunan orang yang sedang marah itu berteriak bahwa Yesus harus dibunuh di atas kayu salib, Pilatus menyetujuinya dan mengizinkan Yesus dihukum mati. Pilatus membuat kesalahan dengan membiarkan musuh-musuh Yesus memutuskan bagaimana cara dia seharusnya menghukum Anak Allah. Yang dilakukan oleh orang- orang tersebut adalah tindakan sedang menghakimi Yesus.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa akan tiba harinya Yesus akan menghakimi semua manusia. Perhatikan apa yang diajarkan Alkitab tentang Yesus sebagai Hakim atas semua orang. Anda harus sadar bahwa Alkitab tidak memberikan semua bukti-bukti penghakiman yang akan datang karena bukan itu tujuannya. Alkitab menerangkan kepada kita kedatangan hari penghakiman, sehingga kita bisa mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Hal yang paling penting adalah mengetahui cara mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penghakiman itu. Marilah kita mempelajari apa yang Alkitab katakan tentang hal ini.
1.      Yesus akan Membangkitkan Semua Orang dari Kubur pada Akhir Zaman
Bacalah dengan teliti Yohanes 5:26-30. Sekarang pikirkan beberapa kebenaran yang diajarkan bagian ini pada kita.
a.       Allah telah memberikan kuasa kepada Yesus untuk menghakimi. "Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia" (Yohanes 5:27).
b.      Penghakiman Yesus akan berlaku secara adil. "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30).
c.       Semua orang akan dibangkitkan dari kubur, dengan demikian mereka dapat hadir pada hari penghakiman itu. Besar dan kecil, kaya dan miskin, orang baik dan jahat, semua orang dari berbagai suku bangsa akan hadir di sana. Alkitab mengatakan, "Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara- Nya dan maju ke depan" (Yohanes 5:28-29).
2.      Setiap Orang akan Dikumpulkan Di Hadapan Takhta Pengadilan
Bacalah Matius 25:31-46 dan Wahyu 20:11-15 secara teliti. Alkitab membuat hal itu sangat jelas kepada kita, bahwa setiap orang pasti hadir pada hari penghakiman itu. Tidak ada seorang pun yang luput. Berikut ini beberapa hal yang akan terjadi pada waktu itu.
a.       Suatu pemisahan akan dilakukan. Lihat Matius 25:32-33, "Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba- domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri- Nya." Pemisahan ini akan dibuat menurut kerohanian seorang. Dalam ayat-ayat ini, domba digunakan sebagai gambaran orang- orang Kristen; kambing-kambing dipakai sebagai gambaran orang yang tidak diselamatkan. Mereka dipisahkan sebelum kebaikan atau keburukan perbuatan mereka dibicarakan. Mereka dikelompokkan dalam satu kelompok yang lain, sebagaimana adanya mereka. Kemudian Kristus memerhatikan karya hidup masing-masing kelompok. Pekerjaan-pekerjaan menunjukkan keadaan mereka yang terhilang atau selamat. Tindakan mereka, bukan kata-kata mereka, membuktikan keadaan rohani mereka yang benar.
Wahyu 20:11-15 kembali menceritakan hal pemisahan itu kepada kita. Pada teks tersebut, suatu ide yang berbeda digunakan untuk mengajarkan kebenaran yang sama. Semua orang yang tidak diselamatkan akan mempunyai catatan karya mereka dalam sebuah buku dan mereka akan dihakimi sesuai dengan karya mereka. Nama orang-orang percaya akan tertulis dalam Buku Kehidupan. Satu hal lagi yang harus Anda mengerti sebelum melanjutkan pelajaran ini, yaitu bahwa tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan dalam penghakiman itu karena Yesus sendiri yang akan menjadi hakim, semua fakta dalam kehidupan seseorang akan diketahui-Nya.
b.      Orang-orang Kristen masuk dalam kehidupan kekal. Yesus membuat hal ini sangat jelas bahwa domba-domba-Nya, yakni orang-orang yang namanya tertulis di dalam Buku Kehidupan, akan memasuki kehidupan yang kekal bersama-Nya. Mereka yang telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat dan Tuhan saat mereka hidup di dunia, akan diterima oleh Tuhan Yesus pada waktu itu.
c.       Mereka yang tidak memercayai Yesus sebagai Anak Allah akan dihakimi sesuai pekerjaan-pekerjaan mereka dan dilemparkan ke dalam lautan api. Beberapa ayat mengajarkan kepada kita, bahwa manusia melakukan kesalahan karena tidak percaya dalam nama Yesus. Bacalah Yohanes 3:18. Pikirkan tentang itu dalam pola pikir berikut ini. Misalnya, ada seorang laki-laki melanggar hukum. Dia ditangkap dan di bawa ke depan hakim. Hakim akan mendengar perkara itu dan menemukan orang tersebut bersalah. Dia mengatakan bahwa laki-laki itu harus membayar denda atau di penjara. Andai kata seorang teman dari laki-laki terhukum tersebut datang dan berkata bahwa dia akan membayar denda tersebut, tetapi laki-laki itu menolak dan tak mengizinkan siapa pun untuk membayar denda untuknya, maka hakim akan berkata, "Baiklah, jika kamu menolak pertolongan, kamu harus di penjara." Laki-laki itu kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Seseorang bisa menerangkan tentang hal itu dan mengatakan bahwa laki-laki itu telah dipenjara karena dia telah melanggar hukum. Yang lain bisa mengatakan bahwa laki-laki itu telah di penjara karena dia menolak pertolongan yang ditawarkan oleh seseorang padanya. Kedua orang itu menyatakan kebenaran. Orang tersebut bersalah karena kejahatannya. Dia tetap berada di bawah hukuman karena dia menolak pertolongan yang ditawarkan kepadanya.
Demikian pula halnya manusia yang terhilang, mereka dihukum karena dosa-dosanya. "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23). Yesus telah membayar hukuman untuk dosa-dosa manusia yang terhilang ini dengan mati di atas kayu salib. Jika manusia menolak keselamatan yang ditawarkan Yesus kepadanya, manusia itu tetap tinggal dibawah penghukuman karena dia telah menolak Yesus. Tidak ada pertolongan atau harapan lain bagi setiap orang yang menolak keselamatan yang Yesus tawarkan.
Orang yang menolak Yesus, selama hidupnya di dunia, suatu hari akan berdiri di hadapan Yesus, di mana Ia akan menjadi hakim baginya. Jika Ia menolak semua yang telah dilakukan baginya, Yesus yang adalah Hakim yang Mahakudus akan menolaknya pada hari itu. Dia akan dicampakkan ke dalam lautan api -- suatu tempat bagi penghukuman kekal. "Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu" (Wahyu 20:14-15).

Sumber: Kursus Lembaga SABDA







 

KEBANGKITAN YESUS

Semua penulis Perjanjian Baru sependapat bahwa Yesus dibangkitkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Reaksi kita terhadap pernyataan ini sebagian besar tentu tergantung pada keyakinan dasar kita tentang hal- hal yang supernatural. Kalau kita tidak percaya bahwa seorang yang sudah mati itu dapat dipulihkan kembali, kita harus mencari penjelasan lain tentang apa yang orang-orang Kristen pertama yakini sebagai kebangkitan Yesus. Kalau kita bersedia menerima kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa supernatural, kita akan merasa ada manfaatnya untuk memeriksa secara kritis beberapa pernyataan Perjanjian Baru.
Dalam buku ini pernyataan dalam naskah-naskah Perjanjian Baru diterima sebagaimana adanya dan hal-hal supernatural diyakini bisa saja terjadi. Hal ini tentu tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dinyatakan mengenai Yesus dapat diterima begitu saja berdasarkan keyakinan-keyakinan dasar tadi. Sebaliknya itu berarti bahwa bahan bukti yang ada dapat diperiksa tanpa rasa takut bahwa kita akan merasa malu dengan hasil-hasil penelitian kita - apa pun bentuk hasil-hasil tersebut.
Hal yang paling mencolok mengenai kebangkitan ialah orang-orang Kristen pertama yakin sepenuhnya akan peristiwa kebangkitan serta rangkaian peristiwa-peristiwanya. Menurut keyakinan mereka, kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan historis, yang telah terjadi di dalam dunia mereka sendiri dan yang telah memberi dampak yang luar biasa terhadap hidup mereka. Kita telah melihat bahwa tidak mudah menentukan seberapa luas tersebar kepercayaan akan kelahiran Yesus dari seorang perawan. Kita tidak tahu, umpamanya, seberapa jauh pengetahuan Paulus mengenai hal tersebut. Tetapi kita tahu, Paulus dan siapa pun juga tidak pernah menyatakan bahwa kepercayaan akan kelahiran dari seorang perawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Kristen.
Tetapi kebangkitan merupakan hal yang lain sama sekali. Paulus berbicara untuk seluruh jemaat mula-mula ketika ia menyatakan bahwa jika realitas kebangkitan Yesus itu disangkal, maka iman Kristen akan menjadi hampa tanpa makna: "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam doiamu" (1Kor. 15:17). Oleh karena keyakinannya itu, dalam nats yang sama Paulus selanjutnya menyebutkan saksi-saksi yang dapat memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Jelas ia menganggap peristiwa kebangkitan sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan oleh saksi-saksi - suatu peristiwa umum secara lahiriah dan bukan suatu pengalaman religius secara pribadi. Namun sangat menyolok bahwa Perjanjian Baru sama sekali tidak menyebut adanya saksi-saksi atas peristiwa kebangkitan- Nya sendiri, tetapi hanya memberitakan hasil-hasil peristiwa itu, yakni penampakan-penampakan Yesus yang bangkit, serta kenyataan kubur yang kosong.

BUKTI-BUKTI KEBANGKITAN
a.      Kepercayaan jemaat mula-mula
Bukti paling tua yang kita miliki tentang kebangkitan berasal dari saat-saat segera setelah peristiwa kebangkitan tersebut terjadi. Demikianlah keterangan yang terdapat dalam khotbah-khotbah di Kisah Para Rasul. Tentu Kisah Para Rasul disusun dalam bentuknya yang kita kenal sekarang, sekurang-kurangnya tiga puluh tahun setelah kematian Yesus dan mungkin malahan lima puluh tahun sesudahnya. Tetapi tidak diragukan bahwa dalam pasal-pasal pertama, penulis Kisah Para Rasul memakai bahan-bahan dari sumber-sumber yang sangat tua.
Para ahli telah menemukan bahwa bahasa yang dipakai mengenai Yesus dalam khotbah-khotbah Kisah Para Rasul ini sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai ketika kitab itu disusun dalam bentuknya yang terakhir. Khotbah-khotbah tersebut juga sangat berbeda dengan surat- surat Paulus, yang pasti ditulis jauh sebelum Kisah Para Rasul. Jadi kita dapat yakin bahwa khotbah-khotbah tersebut berasal dari sumber-sumber yang sangat tua.
Khotbah-khotbah tersebut mencerminkan kekristenan yang masih bersifat Yahudi dengan seperangkat kepercayaan tentang Yesus yang diungkapkan secara sederhana. Di dalamnya terdapat suatu gambaran yang pada umumnya cukup teliti mengenai apa yang benar-benar terjadi pada masa permulaan jemaat. Menurut gambaran ini, inti berita jemaat mula-mula adalah cerita mengenai Yesus sendiri, yakni kedatangan-Nya untuk memenuhi janji-janji Allah, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya. Pemberitaan orang-orang Kristen pertama itu begitu konsisten sehingga Profesor C. H. Dodd berhasil menemukan suatu pola yang teratur dalam pernyataan-pernyataan mengenai Yesus sejak awal sekali. Ia menyebut pola pernyataan-pernyataan ini kerugma, sebuah kata Yunani yang berarti "pemberitaan". Setiap kisah asli mengenai pemberitaan Kristen mengandung pernyataan-pernyataan seperti berikut:
a)      Yesus telah menggenapi janji-janji Perjanjian Lama;
b)      Allah berkarya dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya;
c)      Yesus sekarang telah diangkat ke surga;
d)      Roh Kudus telah diberikan kepada jemaat;
e)      Yesus segera akan kembali dalam kemuliaan; dan
f)        orang yang mendengar berita tersebut harus memberi respons terhadap panggilannya.
Kalau kita menghilangkan kebangkitan dari kerugma, isi pemberitaan lainnya tidak bermakna lagi. Seluruh keberadaan jemaat mula-mula didasarkan atas keyakinan bahwa Yesus sudah hidup kembali.
Dari surat-surat Paulus dan Kisah Para Rasul kelihatan syarat bagi seorang rasul ialah bahwa ia telah melihat Yesus yang bangkit itu. Hal ini dijadikan syarat secara eksplisit ketika para rasul berkumpul guna memilih seorang pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:21-22) Paulus juga menyatakan bahwa penglihatannya sendiri di jalan menuju Damsyik - ketika ia melihat Yesus - memberi kepadanya status yang sama seperti para rasul yang lebih dulu (Gal. 1:11-17).

b.      Keterangan Paulus
Bahan bukti utama yang kedua tentang kebangkitan Yesus diberikan oleh Paulus sendiri. Pentingnya keterangan dalam Kisah Para Rasul dapat diperdebatkan namun tidak demikian halnya dengan keterangan yang disampaikan Paulus (1 Kor. 15) Ia pasti menulis suratnya itu tidak lebih dari dua puluh lima tahun setelah Yesus disalibkan. Pernyataan- pernyataannya jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan kebangkitan Yesus. Kalau kita membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, kita menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Yesus. Sebenarnya ia berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam jemaat setempat. Informasi yang diberikannya tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati seakan-akan disampaikan secara kebetulan. Hal ini lebih mengesankan lagi karena ia mengingatkan orang-orang Korintus bahwa apa yang disampaikannya sudah lama diketahui mereka. Walaupun hanya dengan beberapa kalimat saja, ia memperlihatkan bahwa pada waktu yang sangat awal orang-orang Kristen - termasuk yang berada di Yunani - sudah mengenal dengan baik seluruh kisah tentang kematian dan kebangkitan Yesus.
Dalam cerita itu Paulus menyebut sebuah peristiwa ketika Yesus yang bangkit dilihat oleh lebih dari lima ratus orang murid sekaligus, dan kebanyakan dari mereka masih hidup ketika ia menulis suratnya dan mereka dapat membenarkan apa yang dikatakannya (1Kor. 15:6). Selain itu, ia juga menyebut tentang penampakan kepada Yakobus, saudara Yesus. Menurut Paulus pertobatannya sendiri merupakan akibat perjumpaannya dengan Tuhan yang bangkit (1Kor. 15:7-8). Kitab-kitab Injil sendiri tidak memberitakan penampakan-penampakan Yesus tersebut. Padahal kitab-kitab itu mungkin sekali ditulis setelah surat Paulus kepada jemaat Korintus. Fakta kebangkitan Yesus rupanya dipercaya begitu luas, sehingga para penulis kitab-kitab Injil tidak merasa perlu mengumpulkan seluruh bahan bukti untuk itu. Sama seperti cerita- cerita lainnya, mereka hanya memilih sebagian kecil bahan yang tersedia bagi mereka.

c.       Tradisi kitab-kitab Injil
Kalau kita berbicara tentang kebangkitan, tentunya kita mula-mula memperhatikan kisah-kisah yang terdapat pada bagian akhir keempat kitab Injil. Ada sifat-sifat khas mengenai kisah-kisah itu.
Semua kisah itu menekankan dua fakta utama:
ØKuburan Yesus ditemukan dalam keadaan kosong; dan
ØYesus yang bangkit dilihat oleh orang-orang yang berlainan pada waktu yang berbeda pula.
Kedua bahan bukti itu penting. Fakta kubur yang kosong saja tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa mayat Yesus tidak ada di situ. Dan tanpa kubur yang kosong, penglihatan-penglihatan itu tidak membuktikan sesuatu yang objektif, walaupun dapat memberi keterangan mengenai keadaan jiwa para murid. Tetapi gabungan kedua fakta tersebut, kalau kedua-duanya memang benar, merupakan bahan bukti kuat yang mendukung pernyataan bahwa Yesus hidup.
Kalau kita membaca seluruh kitab-kitab Injil, ternyata kisah-kisah tentang kebangkitan Yesus diceritakan dengan sangat sederhana dibandingkan dengan banyak cerita lain mengenai Dia. Tidak ada simbolisme yang memerlukan pengetahuan khusus untuk dapat mengertinya. Tidak ada kutipan dari Perjanjian Lama. Juga tidak ada usaha untuk mengutarakan makna teologis peristiwa-peristiwa yang dikisahkan itu. Dibandingkan dengan kisah-kisah tentang pembaptisan Yesus, misalnya, kisah-kisah tentang kebangkitan-Nya sangat berbeda.

d.      Para murid
Bahan bukti keempat yang mendukung terjadinya peristiwa kebangkitan adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri mengenai keadaan para murid setelah kematian Yesus. Setelah guru mereka disalibkan mestinya mereka merasa tertekan dan tanpa harapan. Namun, ternyata dalam jangka waktu tujuh minggu mereka diubah menjadi saksi-saksi yang berani dan kelompok sebuah jemaat yang terus-menerus bertumbuh. Pokok utama kesaksian mereka adalah bahwa Yesus hidup dan tetap berkarya. Mereka tidak ragu-ragu menyatakan bahwa perubahan dalam hidup mereka terjadi sebagai akibat kebangkitan-Nya. Jelaslah, mereka yakin bahwa kebangkitan itu benar-benar telah terjadi. Sebab kebangkitan tersebut bukan hanya sesuatu yang mereka bicarakan. Mereka bahkan rela mati untuk itu. Orang tidak bersedia mati untuk sesuatu kecuali kalau mereka yakin sepenuhnya tentang kebenarannya.

FAKTA DAN IMAN
Jadi demikianlah diskusi tentang bukti untuk kebangkitan Yesus. Bagaimana kita mesti menanggapinya? Untuk memahami pentingnya peristiwa itu, kita harus mengingat tiga hal.
Pertama, tidak ada bukti bahwa Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada orang lain kecuali kepada pengikut-pengikut-Nya sendiri, walaupun mungkin saja Ia berbuat demikian. Para penulis Injil menulis untuk kalangan pembaca tertentu. Masing-masing mereka menulis untuk para pembaca yang adalah orang Kristen. Yang pertama-tama mereka perhatikan ialah apa yang terjadi bila orang-orang Kristen bertemu dengan Tuhan yang sudah bangkit itu.
Kedua, keterangan tentang seseorang yang masuk dan keluar dari sebuah ruangan dengan pintu terkunci, jelas bukanlah sesuatu yang biasanya dipelajari oleh ahli-ahli sejarah. Kebenaran peristiwa seperti itu tidak dapat ditentukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang lazim mengenai bahan bukti.
Ketiga, Maria Magdalena, dua orang murid di jalan ke Emaus dan murid- murid di perahu di Danau Galilea tidak mengenali Yesus yang bangkit, walaupun sudah lama mengenal-Nya, bahkan masih melihat-Nya hanya beberapa hari sebelumnya. Kenyataan itu memberi kesan bahwa penampilan fisik-Nya telah berubah sehingga membingungkan bagi saksi mata dalam memberikan keterangan.
Jadi apa yang merupakan basil penelitian kita terhadap bahan bukti tentang kebangkitan? Yang pasti jemaat mula-mula percaya Yesus telah hidup kembali. Para murid dan Pengikut-pengikut mereka tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang mengubah kehidupan mereka setelah penyaliban guru mereka. Mereka menjelaskan perubahan itu disebabkan oleh kebangkitan-Nya. Tiap pembaca Perjanjian Baru harus menerima hal itu, karena fakta perubahan dalam kehidupan para murid telah terbukti dan tidak bisa diragukan lagi. Tetapi berbicara tentang "iman kebangkitan" tidak sama dengan berbicara tentang "fakta kebangkitan". Hubungan antara fakta-fakta dan iman dibahas secara lebih terinci di bawah (pasal 12). Di sini kita hanya dapat catat bahwa pasti ada sesuatu yang dapat kita sebut sebagai "fakta kebangkitan" yang menyulut iman kebangkitan" para murid. Tetapi apa fakta itu? Ada beberapa kemungkinan yang dapat diberikan.
a.      Pengalaman Subjektif
Apakah "fakta kebangkitan" merupakan pengalaman subjektif? Salah satu reaksi yang wajar terhadap cerita-cerita tentang kebangkitan adalah menganggap apa yang disebut "penampakan-penampakan kebangkitan" sebagai pengalaman yang subyektif belaka. Orang-orang saleh dapat menyebutnya penglihatan, sedangkan para ahli jiwa mungkin menamakannya halusinasi. Kalau kita dapat berasumsi bahwa memang itu yang terjadi, maka masalahnya sudah terpecahkan. Tetapi ada banyak fakta yang menentang penjelasan seperti itu.
a)      Kitab-kitab Injil sangat menekankan fakta bahwa kubur-Nya kosong dan bahwa baik teman maupun musuh tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Tekanan itu harus dijelaskan. Orang-orang Yahudi dan Romawi tentu ingin menemukan mayat-Nya, karena hal itu akan menumpas berita Kristen untuk selama-lamanya, jadi dapat dipastikan, mereka tidak mengambilnya. Sebaliknya, para murid bersedia mempertaruhkan hidup mereka karena Yesus hidup - dan secara psikologis tidak mungkin mereka melakukan hal itu kalau mereka sendiri mengambil mayat-Nya dan menguburkan-Nya di tempat lain.
b)      Pengalaman pribadi seperti yang dialami Petrus dan Yakobus memang dapat dianggap sebagai sesuatu yang subjektif, dan penampakan Yesus kepada lima ratus orang mungkin kedengaran seperti halusinasi massal. Namun pertemuan seperti yang terjadi di jalan ke Emaus - menunjukkan ciri-ciri kisah asli. Pertemuan dua orang murid dengan Yesus tidak diwarnai emosi yang meluap-luap dan mereka mengenali Dia secara bertahap. Selain itu, beberapa keterangan untuk diperhatikan dalam kitab-kitab Injil: tubuh Yesus yang bangkit dapat dipegang; Yesus yang bangkit makan bersama murid-murid-Nya; dan Dia mengembusi mereka. Semua ini menunjukkan keyakinan para murid bahwa mereka berhadapan dengan Yesus yang mempunyai tubuh nyata, bukan cuma suatu penglihatan.
c)      Paulus pernah beberapa kali mendapat penglihatan yang bersifat ekstase (1Kor. 14:18). Tetapi menurut Paulus pengalamannya di jalan ke Damsyik lain sama sekali (1Kor. 12:1-4). Pengalaman itu sangat istimewa dan hanya dapat dibandingkan dengan penampakan Yesus yang bangkit kepada murid-Nya yang lain. Pertemuan dengan Yesus yang bangkit rupanya menjadi pengalaman unik. Memang tidak seluruhnya subjektif seperti mimpi, dan tidak seluruhnya objektif seperti fakta yang diamati oleh para ahli. Pertemuan itu mempunyai sisi subjektif dan objektif.
b.      Karangan Teologis
Apakah "fakta kebangkitan" merupakan karangan teologis? Ada yang berpendapat "iman kebangkitan" muncul karena para murid memerlukan suatu alasan teologis untuk keyakinan mereka. Karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah, maka wajarlah orang yang menyatakan diri-Nya sebagai Mesias itu bangkit dari antara orang mati. Tetapi penjelasan ini pun tidak dapat diterima. Ada beberapa alasan untuk keberatan ini.
Pertama, kita tidak mempunyai bahan dari sumber mana pun yang menyebutkan bahwa Sang Mesias diharapkan bangkit dari antara orang mati. Orang-orang Yahudi justru berharap Mesias akan membunuh orang- orang lain! Kalau Ia menderita dan malahan mati, maka Ia bukanlah Mesias yang ingin dikenal oleh kebanyakan orang Yahudi.
Kedua, Perjanjian Lama menunjukkan sikap yang sangat negatif terhadap gagasan kebangkitan, dan banyak orang Yahudi menganggap hal itu tidak mungkin. Para murid sendiri kelihatannya tidak mengerti hal itu semasa pelayanan Yesus (Mrk. 9:9-10).
Ketiga, sulit untuk memahami bagaimana gagasan kebangkitan dapat timbul dari penafsiran pengharapan-pengharapan Perjanjian Lama, sebab kisah-kisah kebangkitan sama sekali tidak ada dalam kutipan-kutipan Perjanjian Lama. Dalam hal ini terdapat perbedaan besar dengan kisah- kisah penyaliban, yang penuh dengan kutipan-kutipan seperti itu.
Masih banyak saran aneh yang lain dikemukakan dari waktu ke waktu untuk berusaha menjelaskan "fakta kebangkitan". Tetapi seluruh bahan bukti yang besar jumlahnya itu menunjukkan bahwa "fakta kebangkitan" merupakan peristiwa historis yang benar-benar terjadi. Walaupun hal itu sulit dijelaksan secara ilmiah, tidak ada hipotesis lain yang lebih sesuai dengan seluruh bahan bukti yang ada.

MAKNA KEBANGKITAN
Kalau kita berusaha menjelaskan "fakta kebangkitan" secara ilmiah, berarti membicarakan sesuatu yang di luar pola pemikiran para murid yang pertama. Tentulah para murid sendiri tidak merasa perlu mempelajari bahan bukti tentang "fakta kebangkitan". Mereka tahu, kebangkitan itu merupakan fakta nyata oleh karena pengalaman mereka sendiri. Mereka bertemu dengan Yesus yang bangkit dan melihat bukti kubur yang kosong. Jadi tidak digumbarkan bagi kita dalam tulisan mana pun bagaimana sebenarnya kebangkitan itu berlangsung. Beberapa orang Kristen pada abad ke-2 M menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kurang dalam Perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Baru seharusnya menceritakan kisah menarik tentang bagaimana rupa tubuh Yesus, bagaimana Ia keluar darii kubur dan bagaimana peristiwa itu mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya.
Tetapi bagi saksi-saksi pertama, rincian seperti itu bukanlah fokus perhatian utama. Bagi mereka, kebangkitan bukan hanya penutup yang menggembirakan dari kisah Yesus. Kebangkitan merupakan puncak yang wajar dari seluruh kehidupan-Nya dan membenarkan apa yang dikatakan- Nya tentang diri-Nya sendiri selama masa pelayanan-Nya. Peristiwa itu juga merupakan jaminan bahwa kehidupan dan ajaran Yesus bukanlah hanya suatu bagian menarik dalam sejarah pemikiran manusia, melainkan merupakan jalan bagi manusia untuk mengenal Allah. Itu sebabnya fakta tentang kebangkitan Yesus menjadi bagian sentral pemberitaan para murid yang disampaikan di seluruh dunia pada waktu itu.
Tetapi mengapa hal itu begitu penting? Mengapa Paulus menyatakan, tanpa kebangkitan Yesus seluruh pemberitaan Kristen itu sia-sia saja?
Pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan merumuskannya secara lain. Daripada bertanya apa ruginya kalau dapat dibuktikan kebangkitan itu tidak benar, kita harus bertanya apa pengaruh positif kebangkitan Yesus dalam kepercayaan orang-orang Kristen yang pertama. Kalau kita mengajukan pertanyaan ini, kita menemukan tiga hal yang dikemukakan tentang makna kebangkitan dalam Perjanjian Baru.
Pertama, melalui kebangkitan, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai Anak Allah terbukti benar. Petrus berkata pada hari Pentakosta bahwa kebangkitan merupakan bukti jelas, "Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kis. 2:36). Paulus menulis kepada jemaat di Roma bahwa Yesus "dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati . . . adalah Anak Allah yang berkuasa" (Rm. 1:4). Walaupun Yesus tanpa dosa, walaupun Dia menunjukkan wibawa-Nya dalam pengajaran dan perbuatan-Nya, walaupun Dia melakukan mujizat-mujizat-Nya, serta secara gamblang menyatakan peran utama dalam rencana Allah, kalau bukan karena kebangkitan-Nya, Ia hanya akan dianggap sebagai tokoh yang besar dan baik. Tetapi setelah Ia bangkit dari kubur, pengikut-pengikut-Nya tahu dengan pasti bahwa apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya memang benar. Mereka sekarang dapat melihat dan menghargai seluruh kehidupan-Nya di bumi dengan cara yang baru dan lebih lengkap, sebagai kehidupan Allah sendiri yang hidup di antara manusia.
Kedua, kebangkitan lebih dari sekadar pengertian baru tentang Yesus yang disalibkan. Di seluruh Perjanjian Baru ditekankan, teristimewa oleh Paulus, bahwa kebangkitan Yesus - sama seperti kematian-Nya - merupakan bagian yang tak terpisahkan dari karya Allah dalam membentuk umat baru.
Orang Kristen mula-mula hidup seperti kebanyakan orang pada umumnya dan mereka tidak bercita-cita menjadi teolog. Apa yang mereka kehendaki adalah sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mendambakan hubungan pribadi dengan Allah yang akan mengubah seluruh keberadaan mereka. Mereka ingin didamaikan dengan Allah dan dilepaskan dari sikap mementingkan diri sendiri agar mereka dapat hidup lebih baik. Mereka menyadari, mereka tidak dapat mencapainya dengan mengikuti peraturan-peraturan agama atau melalui usaha-usaha sendiri. Satu-satunya hal yang dapat benar-benar mengubah kepribadian manusia adalah pusat baru dan kuasa hidup yang baru.
Paulus menemukan kuasa hidup baru ini di dalam Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati, hidup di dalam dunia nyata, dan hidup dalam kehidupan Paulus sendiri. Kenyataan ini begitu mencolok dalam kehidupannya sehari-hari sehingga Paulus dapat berkata, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20). Ucapan Paulus itu berarti bahwa: Yesus hidup dalam dirinya, sehingga seluk-beluk kehidupannya diatur oleh Tuhannya yang hidup.
Untuk mengungkapkan apa yang dimaksudkannya, Paulus memakai kiasan. Ia membandingkan baptisan orang Kristen dengan kematian serta kebangkitan Yesus. Ia mengatakan, sebagaimana orang Kristen diliputi air pada waktu baptisan dan kemudian keluar dari air, begitulah juga yang harus terjadi terhadap diri mereka secara batiniah dan rohani. Dicelup dalam air adalah seperti dikuburkan (sebagaimana yang terjadi pada Yesus); keluar dari air adalah seperti bangkit kembali. Yang Paulus maksudkan dialah seseorang yang menjadi Kristen mula-mula harus bersedia "mati", agar terlepas dari keberadaannya yang lama yang mementingkan diri sendiri. Kemudian mereka dapat "dibangkitkan" kembali dan menerima keberadaan yang baru, hidup Yesus Kristus sendiri yang hidup dalam diri mereka (Rm. 6:1-11).
Jadi kebangkitan Yesus sangat penting. Seandainya Yesus hanya mati di atas kayu salib, apa yang dikatakan para teolog tentang Dia bisa saja benar. Misalnya saja, Ia dapat mati sebagai hukuman dosa, atau untuk membayar tebusan bagi kebebasan kita. Tetapi, penderitaan-Nya tidak akan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita. Paulus sangat yakin tanpa kebangkitan, salib tidak akan lebih daripada sekadar satu pokok diskusi teologis yang menarik. Kebangkitan-Nya tidak akan membawa manfaat yang langgeng dalam kehidupan orang biasa. Tetapi oleh sebab kebangkitan, Paulus menemukan hidup yang baru: "Bagiku hidup adalah Kristus" (Flp. 1:21). Ia yakin, hal itu akan menjadi pengalaman setiap orang yang menjadi Kristen: Yesus Kristus benar-benar hidup di dalam orang-orang yang menyerahkan diri mereka kepada-Nya.
Ketiga, kebangkitan Yesus mempunyai implikasi bagi setiap orang yang sudah memiliki hidup Kristus di dalam dirinya. Yesus mengajarkan bahwa pengikut-pengikut-Nya akan menerima "hidup kekal" (Yoh. 3:15; 4:14; 17:3). "Hidup kekal" ini meliputi dua hal. Di satu pihak istilah tersebut berarti orang Kristen menikmati hidup baru, yakni hidup dari Allah. Demikian juga Paulus menulis tentang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman dengan Kristus yang hidup di dalam dirinya sendiri.
Tetapi memiliki hidup baru dari Allah tidak hanya berarti orang-orang Kristen mempunyai suatu dinamika baru bagi kehidupan di dunia ini. Itu juga berarti orang-orang Kristen memiliki hidup yang abadi. Ajaran Yesus ini ditekankan oleh Paulus waktu ia menulis bahwa Yesus yang bangkit itu adalah "yang sulung dari orang-orang yang telah meninggap" (1Kor. 15:20). Maksudnya, kebangkitan Yesus adalah jaminan dan janji kepada pengikut-pengikut-Nya mengenai hidup abadi setelah kematian. Orang yang mengambil bagian dalam penderitaan dan kebangkitan Kristus secara rohani, diberi jaminan akan kehidupan setelah kematian yang dikuasai oleh kehadiran Allah, sama seperti dalam hidup mereka saat ini juga. Tetapi hidup itu juga sama sekali berbeda dan baru, sebab orang Kristen berharap akan mengambil bagian dalam realitas hidup yang sekarang dimiliki Yesus. Dalam kehidupan itu maut dan dosa dikalahkan untuk selama-lamanya dan diganti dengan kemenangan yang diberikan Allah "oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1Kor. 15:57).



Judul Buku
:
Memahami Perjanjian Baru
Pengarang
:
John Drane
Penerbit
:
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001
Halaman
:
111 - 121

Siapakah Yesus Kristus: YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA DAN PENAKLUK KEMATIAN

   A.     YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA
Ayat Hafalan:
"Yesus mendekati mereka dan berkata: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Matius 28:18)
Yesus telah mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga Dia bangkit dari kematian. Selama empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya itu, Dia bertemu dengan murid-murid-Nya beberapa kali pada waktu yang berbeda. Para murid mengetahui bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib, dikuburkan, dan sekarang hidup kembali. Mereka telah melihat- Nya dan berbicara secara langsung dengan-Nya. Mereka menjamah-Nya dengan tangan mereka sendiri. Lalu pada akhir hari ke-40, Yesus memanggil semua murid-murid untuk berkumpul. Seperti yang dikatakan- Nya pada mereka, Dia mengucapkan kata-kata yang kita temukan dalam ayat hafalan pelajaran di atas, "Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" Yesus ingin para murid mengerti kuasa-Nya dengan baik. Kemudian setelah selesai berbicara dengan murid-murid-Nya, Yesus terangkat ke sorga. Mereka berdiri dan memandang sampai Dia menghilang di balik awan.
Jadi, orang Kristen tidak menyembah seorang Juru Selamat yang mati dan dikuburkan. Mereka menyembah Anak Allah yang bangkit, hidup, dan penuh kuasa. Dalam pelajaran kelima ini, kita akan bersama-sama mempelajari apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai Yesus yang memiliki semua kuasa, termasuk kuasa yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan oleh mata manusia. Ketika Yesus hidup di dunia, Dia menunjukkan kuasa-Nya dalam berbagai cara dan dalam waktu yang berbeda. Marilah sekarang kita melihat bagaimana Ia menunjukkan kuasa-Nya yang hebat itu.
1.      Yesus Berkuasa atas Alam
a.       Marilah kita lihat bagaimana Yesus berkuasa meneduhkan angin dalam kitab Matius 8:23-27. Pada waktu itu, Yesus bersama murid- murid-Nya berangkat naik perahu, tetapi tiba-tiba angin badai mengamuk di atas danau dan menghantam perahu mereka, sehingga mereka sangat ketakutan. Lalu mereka membangunkan Yesus yang tertidur di buritan kapal. Yesus kemudian meneduhkan angin itu sehingga danau menjadi tenang kembali.
b.      Kita juga mengetahui bagaimana Yesus kuasa-Nya berjalan di atas air (Yohanes 6:16-21).
c.       Kita juga mengetahui kuasa-Nya ketika melihat bagaimana Ia melipatgandakan lima roti dan dua ikan kecil sehingga lima ribu orang laki-laki dapat diberi makan. Bahkan setelah setiap orang kenyang, masih ada sisa makanan dua belas keranjang. (Yohanes 6:5-14).
d.      Kita juga melihat kuasa-Nya ketika memerintahkan pohon ara dan menyebabkannya menjadi kering (Matius 21:18-21).
e.       Yesus tidak hanya memiliki kuasa membuat langit dan bumi, tapi juga memiliki kuasa memelihara segala sesuatu dari kerusakan. Dunia yang kita diami sekarang akan hancur jika bukan karena kuasa dari Yesus. Setiap hari kita diizinkan hidup di dunia ini karena kuasa Yesus. "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:16-17).
2.      Yesus Berkuasa atas Roh-roh Jahat
3.      Alkitab mengajarkan bahwa ada roh-roh jahat yang menaati perintah Setan/Iblis. Alkitab juga mengajarkan pada kita bahwa kuasa Yesus Kristus lebih besar daripada kuasa Setan. Setiap orang yang percaya pada kuasa Yesus dapat menang atas semua kekuatan Setan.
Ada beberapa bagian dalam Perjanjian Baru yang dapat kita baca bahwa kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa setan dan roh-roh jahat. Lihatlah salah satu bagian ini. Bacalah dengan teliti Lukas 8:26-39. Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas pekerjaan Setan. Pekerjaan Setan adalah merusak. Setan menentang Allah dan orang yang ingin menyenangkan Allah. Ketika roh-roh jahat dari Setan berada dalam hati seseorang, Setan bekerja untuk merusaknya. Yesus mengusir Setan keluar dengan Kuasa-Nya. Kemudian mereka masuk ke dalam babi-babi yang sedang makan di sekitar tempat itu. Akibatnya, babi-babi merusak dirinya sendiri dengan berlari masuk ke dalam danau dan mati di sana. Kuasa Setan selalu mencoba merusak segala sesuatu yang baik.
Kuasa Yesus selalu siap sedia menolong setiap orang yang sungguh- sungguh ingin menerima pertolongan-Nya. Kita bisa menerima pertolongan yang kita perlukan karena kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa Setan.
4.      Yesus Berkuasa atas Penyakit
Beberapa orang disembuhkan dengan kuasa Yesus. Perhatikan beberapa dari peristiwa tersebut.
a.       Penyakit kusta adalah penyakit kulit yang buruk dan pada masa Yesus tak seorang pun yang sakit kusta dapat disembuhkan. Dalam Markus 1:40-42, kita membaca seorang berpenyakit kusta yang datang kepada Yesus dan memohon pertolongan. "Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: 'Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.' Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia menjadi tahir." Yesus menyembuhkannya dengan satu sentuhan tangan.
b.      Dalam Markus 5:25-34, kita melihat bagaimana seorang wanita yang sakit selama dua belas tahun yang telah berobat kepada beberapa dokter dan telah menghabiskan uangnya dalam usahanya agar sembuh. Tidak seorang pun dapat menolongnya, tetapi ketika dia menjamah jubah Yesus, dia segera sembuh.
Ada banyak contoh lain saat Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, tapi kita tidak akan membaca semua kisah tersebut dalam pelajaran ini. Satu hal yang harus kita ingat terus ialah bahwa tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan Yesus. Dia memiliki kuasa yang sempurna mengatasi semua penyakit.
5.      Yesus Berkuasa Mengampuni Dosa
Pertanyaan yang sering diajukan ialah, "Bagaimana saya dapat memperoleh pengampunan dosa-dosa saya?" Beberapa orang mencoba mendapatkan pengampunan dengan mengakui dosa-dosanya kepada seorang imam. Yang lain berharap menemukan pengampunan dengan menggabungkan diri pada satu gereja. Beberapa orang lainnya berharap mendapat pengampunan pada waktu dibaptiskan. Tetapi Alkitab mengajarkan kita bahwa tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Hanya Yesus yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Bacalah kembali Markus 2:1-12. Perhatikan khususnya ayat 10. "Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" Ini membuktikan bahwa Dia memiliki kuasa ini.
Jika Anda sedang mencari pengampunan atas dosa, Anda dapat yakin bahwa pengampunan dosa hanya ada dalam Yesus Kristus saja. "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Efesus 1:7). "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12). "Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada- Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya" (Kisah Para Rasul 10:43).
B.     YESUS PENAKLUK KEMATIAN
Ayat Hafalan:
"Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." (Wahyu 1:18)
Sejak semula, manusia telah mengenal kematian sebagai musuh yang tidak dapat ditaklukkan. Manusia telah mencoba dengan banyak cara untuk meluputkan diri dari kematian tetapi selalu pada waktunya tiba, di mana mereka mati dan ini berarti kematian menjadi pemenang.
Semua orang Kristen seharusnya penuh sukacita karena kita mengikuti seseorang yang lebih besar daripada seorang guru besar atau nabi. Dia adalah Anak Allah yang hidup dan Dia memiliki semua kuasa di surga dan di bumi. Ini berarti Dia juga berkuasa atas kematian. Dia adalah Sang Penakhluk kematian. Dia telah rela untuk dihukum mati oleh orang-orang berdosa. Tetapi pada hari ketiga Dia bangkit dari kematian sebagai bukti bahwa kematian tidak akan pernah menang dari-Nya, melainkan Dialah yang telah menakhlukkan kematian.
Selanjutnya, kita akan melihat bagaimana Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas kematian.
1.      Yesus Menghidupkan Beberapa orang yang telah Mati.
Bacalah Matius 9:23-26 menceritakan tentang anak perempuan kepala rumah ibadah yang sudah meninggal. Ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa anak itu tidak mati tetapi sedang tidur, mereka menertawakan-Nya karena mereka melihat jasad anak yang mati itu. Yesus masuk ke dalam ruangan dan menghidupkan anak itu. Sebagaimana kita membangunkan seseorang anak yang sedang tidur, demikianlah Yesus mampu memanggil anak ini dari kematian.
Dalam Lukas 7:11-17 kita membaca kisah pertemuan Yesus dengan serombongan orang yang akan menguburkan seorang laki-laki, anak tunggal dari seorang janda. Ibu yang malang ini ditinggal sendirian. Yesus berbelas kasihan padanya. Yesus memerintahkan laki-laki yang mati itu bangkit, dan dia taat. Bayangkanlah keterkejutan dan sukacita yang dialami oleh orang-orang tersebut.
Lalu dalam Yohanes 11:1-46, Yesus membangkitkan Lazarus. Lazarus adalah teman Yesus. Maria dan Marta adalah saudara perempuan Lazarus. Mereka mengirim berita kepada Yesus ketika Lazarus masih sakit. Ketika Yesus sampai di rumah mereka, Lazarus ternyata sudah mati empat hari sebelumnya. Keluarganya dan teman-temannya telah menguburkannya. Tetapi Yesus meminta untuk menggulingkan batu yang menutup kuburan Lazarus. Kemudian Yesus memerintahkan Lazarus untuk keluar. Sebagai jawaban suara Yesus, Lazarus berjalan keluar dari kuburnya.
Berdasarkan fakta-fakta itu, secara pasti Yesus membuktikan kuasa- Nya memberikan hidup kepada yang telah mati. Tetapi ini bukan yang terbesar, kuasa yang terbesar adalah ketika Yesus sendiri yang telah mati dan bangkit dan menaklukkan kematian.
2.      Yesus Berjanji bahwa Dia akan Menaklukkan Kematian
Yesus tahu bahwa Dia akan dihukum mati jauh sebelum hal itu terjadi. Dia juga tahu bahwa Dia akan bangkit dari kematian pada hari ketiga. "Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid- murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Matius 16:21). "Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea" (Matius 26:32). "Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati" (Markus 9:9).
Yesus menceritakan hal-hal ini pada murid-murid-Nya sebelum semuanya terjadi. Dia memberitahukannya sehingga ketika Dia menggenapi janji-Nya dan bangkit dari kematian, murid-murid-Nya lebih percaya kepada-Nya. "Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi" (Yohanes 14:29).
3.      Yesus Benar-benar Mati
Agar setiap orang sungguh-sungguh memahami kemenangan Yesus atas kematian, kita harus memahami bahwa Yesus benar-benar mati. Dia tidak sekadar pingsan atau pura-pura seperti mati. Amatilah fakta- fakta berikut. Bacalah dengan teliti Lukas 23:32-56 dan Yohanes 19:16-42.
a.       Yesus mati dalam kerumunan banyak orang. Dia tidak mati di tempat tersembunyi yang hanya dihadiri orang tertentu saja. Banyak orang telah menyaksikan kematian-Nya, bahkan hampir sebagian besar penduduk Yerusalem datang untuk mengamati Yesus mati di atas kayu salib. Tidak ada keragu-raguan dalam pikiran orang-orang tersebut. Mereka tahu bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib.
b.      Ada tiga golongan yang benar-benar yakin bahwa Yesus sungguh mati. Pertama, para prajurit. Prajurit-prajurit ini terlatih untuk membunuh. Mereka mengetahui kematian Yesus sebab mereka melihat-Nya. Mereka tahu bahwa Yesus telah mati. Bahkan salah seorang dari prajurit-prajurit tetap menombak lambung Yesus. Ketika dia melakukan hal itu, darah dan air keluar. Ini menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mati. Kedua, musuh-musuh Yesus juga ada di sana untuk meyakinkan bahwa Yesus telah mati. Mereka pasti tidak akan mengizinkan Yesus di ambil dari kayu salib jika mereka tidak pasti bahwa Yesus telah mati. Ketiga, di sana juga ada orang-orang yang mengasihi Yesus. Mereka juga yakin bahwa Yesus telah mati. Seandainya ketika mereka mempersiapkan penguburan-Nya dan tangan mereka merasakan adanya tanda-tanda kehidupan sekecil apa pun, pasti mereka tidak akan pernah mengubur-Nya. Tidak ada keraguan tentang fakta bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mati.
4.      Yesus Bangkit dari Kematian pada Hari Ketiga
Walaupun Yesus benar-benar telah mati, semua usaha untuk membunuh Yesus sia-sia saja. Pada hari ketiga kuburan itu telah kosong. Yesus telah bangkit. Sesudah kebangkitan-Nya, beberapa kali Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Mereka berbicara dengan- Nya. Mereka menyentuh-Nya dengan tangan mereka sendiri. Mereka tahu bahwa itu adalah Yesus dan Dia hidup dari antara orang mati. Yesus memang telah mati. Dia sudah dikuburkan. Tetapi lihatlah, Dia telah menaklukkan kematian. Sekarang Dia hidup untuk selama-lamanya. Baca juga Lukas 24:1-53; Yohanes 20:1-31; Yohanes 21:1-25.
5.      Makna Kemenangan Yesus Atas Kematian
Ada dua hal penting yang ingin kita tekankan melalui pelajaran ini berkaitan dengan kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
a.       Kebangkitan-Nya dari kematian membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup. Kita juga membaca hal ini dalam Roma 1:4, "dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita."
b.      Yesus memiliki kuasa atas kematian dan membangkitkan semua orang mati di hari penghakiman. Penjelasan lebih rinci tentang apa yang akan terjadi pada waktu kebangkitan itu akan dijelaskan dalam pelajaran terakhir dari kursus ini. Karena itu, "... janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara- Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yohanes 5:28-29).
Kita harus bergembira karena kita bisa menyembah dan melayani Juru Selamat yang adalah penakluk kematian. Dia dapat menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, membangkitkan kita dari kematian, dan mengangkat kita untuk hidup bersama-Nya selama-lamanya. Kita seharusnya mempelajari berita ini dengan baik dan membagikan berita ini kepada orang yang belum mendengar atau kepada orang yang belum mengerti.



Nama Kursus
:
SIAPAKAH YESUS KRISTUS?
Nama Pelajaran
:
Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian
Kode Pelajaran
:
SYK-P05