Senin, 14 November 2011

PEMUDA SEBAGAI PEMIMPIN YANG BERKARAKTER SEPERTI TIMOTIUS

PEMUDA SEBAGAI PEMIMPIN YANG BERKARAKTER SEPERTI TIMOTIUS


Nats: I Tim 4: 12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

1. Siapa Timotius
Sebelum kita belajar lebih jauh tentang kondisi jemaat yang digembalakan bahkan tantangan dalam jemaat yang digembalakan oleh Timotius dan bagaimana kualitas imannya. Pertama kita belajar siapa Timotius itu. Dari arti namanya Timotius adalah Orang yang saleh, orang yang menghormati Tuhan (Honouring of God). Timotius memang layak menyandang nama itu karena sejak kecil dia sudah mengenal ajaran-ajaran Kitab Suci. Alkitab mencatat bahwa Timotius bahwa Timotius lahir dari ayahnya yang seorang Yunani dan Ibunya Eunike seorang Yahudi. Ibunya menanamkan benih yang kekal dalam hidup Timotius sesuai dengan ajaran dan tradisi Yahudi. Selain itu, neneknya yang bernama Louis, juga ikut membangun jati dirinya menjadi orang yang teguh dalam iman. Timotius dibesarkan dan tinggal di Listra, suatu daerah di Provinsi Kilikia.
Paulus mendapatkan Timotius sebagai pembantu pada awal perjalan penginjilan yang kedua. Setelah Paulus mengalami kekecewaan karena perpecahannya dengan Barnabas dan Markus (Kis 15: 39), Tuhan mempertemukan Timotius dan Paulus di Listra (Kis 16: 1-3). Paulus memilihnya sebagai pembantu yang baru. Ternyata bahwa Timotius menjadi pembantu terdekat dari Paulus. Ia disebut dalam 6 surat Paulus sebagai ikut mengirim surat-surat itu (lihat 2 Kor 1:1; Filipi 1:1; Kolose 1:1; I Tes 1:1; 2 Tes 1:1; Filemon 1). Tidak ada pembantu lain yang begitu sering disebut sebagai satu-satunya orang yang sehati dan sepikir dengan Paulus dan yang tidak mencari kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan Kristus (Filipi 2: 21,22). Ia menunjukkan pengabdian yang tulus untuk menerima setiap tugas dalam bentuk apapun yang diberikan kepadanya. Ia tidak pernah membantah kepercayaan yang diberikan kepadanya. Semuanya itu diterimanya dengan baik dan bertanggung jawab. Dia sering mendapat tugas khusus dari Paulus untuk ke beberapa tempat untuk mengatasi persoalan di dalam jemaat. Timotius pernah diutus untuk pergi ke kota Berea, Makedonia, Korintus, Filipi dan Tesalonika. Hubungan antara Timotius dengan Paulus sangat akrab sekali digambarkan seperti hubungan bapa dan anak.

2. Pelayanan dan Tantangannya.
a. Pelayanan
Timotius memulai pelayanannya pada usia 15 tahun (siapa dari pembaca yang berusia 15 tahun? Kira-kira seusia itulah Timotius saat itu). Pada saat menerima surat yang pertama (1 Timotius), timotius berusia 33 tahun. Menurut tradisi Yahudi, seseorang dapat dianggap dewasa pada usia 30 tahun. Namun untuk menjadi seorang guru atau pemimpin jemaat, umur sekian ini masih dianggap terlalu muda. Pada usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih tua daripadanya. Ia dipercayakan oleh Paulus untuk menggembalakan (gembala sidang) jemaat di efesus.
Sebagai gembala sidang, Timotius percayakan untuk:
a. Mengajar tentang tugas seorang pendeta jemaat setempat (I Tim 1: 20)
b. Mengajar tentang ibadah jemaat dan sikap di dalam beribadah (1 Tim 2: 1-15)
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai isi doa anggota jemaat dan bagaimana sikap laki-laki ketika beribadah dan bagaimana sikap seorang perempuan di dalam ibadah.
c. Mengajar tentang syarat-syarat pekerja-pekerja gereja (Penatua/diaken) (1 Tim 3: 1-16)
Dalam bagian ini Rasul Paulus memberikan syarat-syarat seseorang yang akan dipilih menjadi pekerja-pekerja gereja, penatua, dan diaken. Tetapi walaupun demikian syarat-syarat ini juga merupakan pembuktian kedewasaan rohani setiap orang Kristen.
d. Mengajar tentang kehidupan seorang hamba Tuhan dan setiap orang Kristen (1 Tim 4:1 – 6:21)
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa seorang hamba Tuhan haruslah menjadi seorang hamba Tuhan Yesus Kristus yang baik, yaitu tekun dalam mengajar dan setia kepada kebenaran Firman Allah. Dan kehidupannya haruslah dapat menjadi teladan setiap orang, khususnya dalam pergaulannya dengan semua anggota jemaat.

b. Tantangan dalam Pelayanan
Sebagai seorang gembala yang masih belia saat itu Timotius diperhadapkan pada dua masalah, yaitu tantangan yang bersumber dari luar dan dari dalam diri Timotius. Dari luar, pada saat itu berkembang ajaran sesat di Efesus. Ajaran ini mengajarkan tentang keutamaan tubuh. Tubuh harus dijaga dengan baik misalnya dengan olah raga, berpantang makanan tertentu, bahkan kalau perlu tidak menikah. Disamping itu, juga adanya kelompok orang tertentu yang ingin menjadi pemimpin dan pengajar hukum taurat tanpa mengerti hakekat kepemimpinan dan tujuan hukum taurat (I Tim 1: 3-11).
Tantangan kedua justeru ada dalam diri Timotius sendiri. Pada usia semuda ini, Timotius harus memimpin dan mengajar orang-orang yang lebih tua daripadanya. Hal ini membuat jemaat dan orang lain memandang remeh Timotius. Dalam bahasa di sini, mungkin saja ada orang yang berkata dengan sinis, "Huh, anak kemarin sore. Tahu apa kamu?", "Kamu itu masih hijau, tidak usah sok tahu!" atau "Apa sih yang kamu tahu? Tahu nggak, rasanya baru kemarin aku mengganti popokmu."
Dengan kata lain, saat itu jemaat mempersoalkan kewibawaan Timotius sebagai pemimpin mereka. Menghadapi situasi seperti ini, apa yang harus dilakukan Timotius? Bagaimana dia dapat meningkatkan wibawanya di depan jemaatnya? Bagi seseorang, kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa kewibawaan, seorang pemimpin tidak akan mampu mengerakkan anak buahnya. Coba bayangkan seandainya Olga menjadi komandan pasukan tentara. Apa yang terjadi? Mungkin perintahnya akan ditertawakan anak buahnya, karena dia tidak memiliki kewibawaan sebagai seorang komandan militer.
Saya ingat ketika saya akan melayani Kakek saya. Sebagai informasi, kurang lebih 45 tahun kakek saya adalah pemimpin (guru huria) dari sebuah gereja lokal di daerah Parapat. Tentunya sebagai pensiunan pemimpin dari sebuah gereja lokal, beliau sudah banyak mengecap asam garam pelayanan dan yang berhubungan dengannya. Saya ingat saat itu sekitar tahun 2003 atau 2004 ketika saya bergabung pada satu lembaga misi, saya sangat menggebu-gebu untuk menyampaikan injil keselamatan kepada kakek saya. Karena saya masih hijau dalam dunia missi, bukannya saya diterima dengan baik, malah kakek saya saat itu berkata: “kamu tau apa tentang Alkitab? 45 tahun lebih saya melayani di Gereja, kamu baru kemaren. Bapak kamu aja saya yang ajarin apalagi kamu”. Kamu tidak usah cerita apa-apa tentang Alkitab kepada saya, karena pengetahuan kamu masih jauh di bawah saya”.
Hal yang sama, pernah terjadi dengan papa saya. Saat itu saya melayani di PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia). Sebagai pelayan di PGI, saya banyak dekat dengan para pemimpin-pemimpin gereja dari berbagai gereja lokal, mulai dari Ephorus, Bishop dan Pendeta-pendeta senior lainnya. Tentunya ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi saya. Dengan sombongnya, saya pulang untuk melayani papa saya dengan harapan saya akan diterima dan tidak ditolak seperti pengalaman dengan kakek saya. Tapi, sama dengan pengalaman di atas, saya pun ditolak juga. Dengan perkataan yang sama, papa saya berkata: “tau apa kamu tentang Alkitab? Biar kamu tahu, saya sudah bolak-balik baca Alkitab ini”. Sebagai seorang penatua di Gereja lokal, benar juga kalau papa saya sudah bolak-balik baca Alkitab. Mulai dari Hari Natal, dalam liturgi anak sekolah minggu dimulai dari kejadian, balik terus dan balik terus sampai di Perjanjian baru yaitu kisah tentang Tuhan Yesus dan Natal berikutnya balik lagi ke kitab Kejadian.
Sebagai orang yang sering kali ditolak, saya mengerti posisi Timotius pada saat itu ketika kewibawaaannya sebagai seorang pemimpin dipertanyakan. Di dalam menghadapi ajaran sesat dan anggapan remeh dari jemaat, maka Timotius harus memiliki wibawa di tengah-tengah jemaat. Bagaimana Timotius mendapatkan wibawa itu? Simak baik-baik nasihat Paulus kepada Timotius.
Menurut Pulus, cara yang terbaik untuk mendapatkan kewibawaan adalah dengan keteladanan hidup. Paulus ingin mentabahkan Timotius dengan mengatakan bahwa orang-orang tidak akan menganggap remeh dia, bila dia menjadi teladan bagi orang-orang percaya. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (I Tim 4: 12). Kewibawaan seorang pemimpin rohani tidak terletak pada hal-hal lahiriah seperti kekayaan, usia, kepintaran, penggunaan kekerasan, melainkan di dalam keteladanan hidup. Bilamana orang percaya melihat dalam diri pemimpin itu mencerminkan Kristus maka dengan sendirinya mereka akan menghormatinya.
Ada sebuah contoh keteladanan yang bagus:
Suatu hari ada seorang ibu yang dengan risau menemui Mahatma Gandhi, sambil menggandeng putrinya. Dia menjelaskan bahwa putrinya mempunyai kebiasaan gemar makanan manis. "Dapatkah Mahatma menasihati anak saya dupa meninggalkan kebiasaan buruk itu," pinta ibu kepada Gandhi.
Gandhi berdiam sejenak, lalu berkata, "Bawalah kembali putrimu setelah tiga minggu. Saya akan berbicara kepadanya," kata Gandhi.
Ibu itu lalu pergi. Tiga minggu kemudian, dia kembali lagi bersama putrinya.
Kali ini Gandhi dengan tenang mendekati anak dan dengan kata-kata yang sederhana dia menjelaskan dampak buruk jika makan terlalu banyak makanan manis. Dia meyakinkan supaya anak perempuan itu meninggalkan kebiasaan buruknya.
Sang Ibu merasa lega dan berterimakasih pada Gandhi. Namun, dia itu masih penasaran pada sesuatu. Dia bertanya kepada Gandhi, "Saya ingin tahu, mengapa tiga minggu yang lalu Anda tidak langsung mengatakan hal ini kepada putri saya. Mengapa harus menunggu tiga minggu?"
Dengan sabar Gandhi menjawab, "Soalnya tiga minggu yang lalu saya juga masih ketagihan makanan manis. Selama tiga minggu ini, saya harus menghentikan kebiasaan buruk saya sebelum saya menasihati putri ibu."

Paulus mengatakan bahwa Timotius harus menjadi teladan dalam hal perkataan dan tingkah laku. Itu artinya bahwa perbuatan seorang pemimpin rohani harus sama dengan perkataannya. Gandhi harus berjuang menghentikan kebiasaan buruknya lebih dulu sebelum dia menasihati orang lain supaya menghentikan kebiasaan buruk itu.
Inilah yang disebut dengan INTEGRITAS. Seorang pemimpin harus memiliki integritas. Yang dimaksud dengan integritas di sini adalah antara yang diucapkan oleh pemimpin itu sama dengan yang dilakukannya. Jika pemimpin itu berkata, 'mari kita berantas korupsi', maka dia tidak boleh korupsi. Pemimpin yang baik akan tetap menjaga integritasnya walaupun tidak ada orang yang melihatnya. Sebagai contoh, pada malam hari dia melewati lampu merah yang sepi. Tidak ada satu orang pun di sana. Seandainya dia menerobos lampu merah, tidak ada seorang pun yang tahu. Namun pemimpin yang berintegritas, tidak akan melakukan hal ini sekalipun tidak ada orang yang tahu.
Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa keteladaan itu harus harus dinampakkan dalam bentuk kasih, kesetiaan dan kesucian. Dalam hal kasih, Seorang pemimpin yang baik memberikan teladan dalam mengasihi anak buahnya. Misalnya, sekalipun ada anak buahnya yang menentang dia, namun dia tetap mengasihi orang itu. Jika ada anak buahnya yang mengalami kesulitan, dia membantu dengan tulus.
Sementara itu keteladanan dalam kesetiaan ditunjukkan dengan kekokohan imannya kepada Tuhan. Dalam situasi seperti apapun, pemimpin tidak kehilangan keyakinannya atas kuasa Tuhan. Dia selalu mengandalkan Tuhan. Kemudian kesucian ditunjukkan dengan pengendalian dirinya terhadap godaan dosa. Dia berusaha memberi contoh kepada anak buahnya dalam menghadapi segala tantangan dan godaan yang dapat menyebabkannya jatuh ke dalam dosa.

3. Kualitas Hidup Timotius
a. Suka Belajar Firman Tuhan (2Tes 3:15)
b. Memiliki kwalitas iman yang teruji (1 Tes 3:2)
c. Memiliki reputasi yang baik (Kis 16:2)
d. Pemimpin yang setia (1 Kor 4: 17; Filipi 2:22)
e. Sungguh-sungguh memperhatikan orang lain (Filipi 2: 19,20)
f. Disebut manusia Allah atau abdi Allah (1 Tim 6:11). Hal yang sama disebut kepada: Musa, Samuel, Daud)
g. Dipercaya oleh Paulus. Dalam beberapa ayat dalam Alkitab, Rasul Paulus mengungkapkan bagaimana kepercayaannya akan kualitas hidup yang dimiliki oleh Timotius. Lihat Filipi 2: 19-20; 1 Tes 3:2; 1 Kor 16:10. Bahkan Paulus memanggilnya Anak Rohani (1 Kor 4:17), satu-satunya pelayan yang dipanggil anak oleh Paulus dari semua orang yang pernah membantu pelayanan Paulus.

4. Penutup
Zaman akhir ini (the end time) Tuhan sedang mencari pemimpin-pemimpin yang berintegritas tinggi dan memiliki kwalitas hidup. Karena itu, milikilah hidup yang berintegritas dan dan berkwalitas sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang pemimpin, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Timotius. Sebagai orang muda saudaralah pemimpin-pemimpin masa kini. Apakah Anda pernah mendengar ada orang yang berkata kepada Anda begini: "Kamu adalah calon pemimpin di masa depan?" Apakah Anda setuju? Kalau saya tidak setuju. Anda adalah pemimpin pada saat ini juga. Bukan pemimpin di masa mendatang. Anda dapat menjadi pemimpin ketika ada di sekolah, di tempat kursus atau les, di lapangan, di tempat bermain, di mal, di pasar. Dimana saja Anda dapat menjadi pemimpin. Ketika Anda menjadi pemimpin, tidak usah merasa risau. Ingatlah nasihat Paulus ini: Kita harus menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang kita pimpin. Bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik? Caranya dengan mempertahankan integritas. Hidup kita harus memberi teladan yang baik. Misalnya, dengan tidak mencontek saat ujian meski ada kesempatan. Dengan menolak merokok meskipun diejek tidak jantan. Kita tidak mau ikut ngerumpi untuk menjelek-jelekkan orang lain, meskipun dicap tidak gaul. Kita tidak mau mencuri mangga tetangga, meskipun tidak ada orang yang tahu. Kita menolak ikut tawuran, walaupun dituduh tidak setia kawan. Jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka orang lain akan merasa segan dan hormat kepada kita. Sekali lagi : Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. TUHAN MEMBERKATI.



Ditulis oleh: Ev. Rinto F. Sirait untuk Kotbah Pemuda GBI Medan Timur.




BELAJAR DARI POHON BADAM

BELAJAR DARI POHON BADAM

"Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." Yeremia 1:11

Terus Tumbuh dalam Segala Kondisi
Ada sebuah pohon yang disebutkan dalam beberapa kesempatan di dalam Alkitab tapi kurang kita kenal dan jarang sekali disebut namanya, yaitu Pohon Badam. Pohon Badam merupakan pohon yang mampu tumbuh pada keempat musim. Bahkan ketika musim salju, ketika pohon-pohon lainnya kebanyakan meranggas, pohon badam mampu berbunga dengan indahnya. Bunganya yang putih berpadu dengan kemilau salju akan memberi kesan keindahan tersendiri bagi mata kita. Pohon badam ini juga seringkali diasosiasikan dengan pohon yang berbunga lebih awal, karena kemampuannya untuk berbunga disaat pohon-pohon lain masih "tidur" ketika musim salju tiba. Tidak banyak pohon yang bisa bertahan selama empat musim penuh dan terus berbunga, tetapi pohon badam memiliki kelebihan itu. Adalah menarik apabila pohon badam ini berulang kali disebutkan di dalam Alkitab, Tentu ada alasan tertentu mengapa pohon ini dipakai Tuhan dalam beberapa kesempatan untuk menyampaikan sesuatu bagi kita.

Hari ini mari kita lihat sebuah kisah yang tertulis dalam kitab Yeremia. Ketika Yeremia mendapatkan tugas dari Tuhan, Tuhan memberikannya dua buah penglihatan. Yang pertama ia lihat adalah sebatang dahan pohon badam."Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (Yeremia 1:11). Apa yang ia lihat merupakan visi yang diberitahukan Tuhan kepadanya. Kita bisa mengetahui bahwa apa yang dilihat Yeremia itu memang benar dahan pohon badam, sebab kemudian Tuhan membenarkan apa yang ia lihat. (ay 12). Kemudian penglihatan kedua pun datang. "Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: "Apakah yang kaulihat?" Jawabku: "Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara." (ay 13). Jika penglihatan pertama terlihat indah, penglihatan kedua tidaklah demikian. Yeremia menyaksikan datangnya periuk yang mendidih dari utara. Ini menyatakan akan adanya malapetaka yang bakal menimpa penduduk yang jahat di mata Tuhan berasal dari utara. Bahkan Tuhan sendiri memberi penjelasan tentang penglihatan ini. "Lalu firman TUHAN kepadaku: "Dari utara akan mengamuk malapetaka menimpa segala penduduk negeri ini. Sebab sesungguhnya, Aku memanggil segala kaum kerajaan sebelah utara, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan datang dan mendirikan takhtanya masing-masing di mulut pintu-pintu gerbang Yerusalem, dekat segala tembok di sekelilingnya dan dekat segala kota Yehuda." (ay 14-15). Ini merupakan hukuman Tuhan atas segala kejahatan bangsa Yehuda yang sudah sangat keterlaluan pada masa itu. Lihatlah apa kata Tuhan selanjutnya. "Maka Aku akan menjatuhkan hukuman-Ku atas mereka, karena segala kejahatan mereka, sebab mereka telah meninggalkan Aku, dengan membakar korban kepada allah lain dan sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri." (ay 16). Menduakan Allah, itu fatal akibatnya. Bagi mereka yang jahat ini Tuhan menghukum dengan kemurkaanNya seperti periuk mendidih. Namun lihatlah di sisi lain, dahan pohon badam tersedia bagi Yeremia dan siapapun yang tetap teguh, taat dan setia kepada Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Yeremia: "Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!" (ay 17). Inilah tugas Yeremia, menyampaikan bahwa saatnya sudah tiba bagi hukuman Tuhan untuk jatuh kepada bangsa itu atas kejahatan mereka. pesan Tuhan agar anda segera berbalik dari kejahatan anda, kembali kepada Bapa yang telah begitu banyak menunjukkan kasih dan kebaikanNya kepada anda. Bertobatlah, agar jangan sampai periuk mendidih ini jatuh atas saudara. Janganlah periuk mendidih yang menjadi bagian anda, tetapi hendaknya pohon badam, pohon yang terus tumbuh, berbunga dan berbuah empat musim penuh.

Saya tertarik untuk membandingkan ayat ini dengan apa yang tertulis pada awal kitab Mazmur. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Pohon badam memiliki karakteristik seperti itu. Ia tidak layu dan terus berhasil tumbuh meski dalam iklim atau musim yang berbeda. Dan kitab Mazmur ini memberikan kunci bagi kita agar bisa memiliki karakteristik yang sama, sama seperti seruan dari Tuhan yang diberikan kepada Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda pada saat itu agar bertobat.

Umat Tuhan yang benar seharusnya hidup seperti pohon badam. Di tengah badai apapun, ditengah kesulitan atau lingkungan yang tidak mendukungpun tetap bisa mengeluarkan tunas, berbunga dan berbuah. Seperti itulah gambaran umat Tuhan yang ideal, dan seperti itu pula sebenarnya Tuhan menginginkan kita. Tuhan sendiri telah menyediakan segala yang diperlukan agar kita bisa seperti itu. Dia siap untuk terus menggendong kita sampai tua, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4), Tuhan bahkan siap untuk berperang bagi kita. "Janganlah takut kepada mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang untukmu." (Ulangan 3:22). Atau lihat pula apa yang dikatakan Yahaziel ketika ia dihinggapi Roh Tuhan dalam kitab 2 Tawarikh: "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (2 Tawarikh 20:15). Tentu saja ada banyak lagi janji-janji Tuhan lainnya yang akan memampukan kita untuk terus tumbuh berbunga dan berbuah subur sepanjang musim yang akan luput apabila kita tidak tertarik untuk mencari tahu ribuan janji Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Bagian mana yang akan hadir pada kita dari penglihatan Yeremia, apakah pohon badam atau periuk yang mendidih, semua tergantung dari keputusan anda sendiri dalam menjalani hidup. Oleh karena itu mari Sahabat FEM perhatikan baik-baik cara hidup kita. Sudah sejauh mana kita mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidup, sudah seberapa jauh kita taat dan setia kepadaNya. Itu akan sangat menentukan apa yang akan menjadi bagian kita, apakah pohon badam atau periuk mendidih.

Berjaga-Jaga
Seberapa pentingkah berjaga-jaga bagi kita? Ada banyak orang yang merasa masih terlalu muda untuk itu. Ada yang menganggap bahwa belum saatnya untuk hidup kudus, selagi masih muda, waktu yang ada sebaiknya dipakai untuk bersenang sepuas-puasnya. Urusan hidup kudus adalah urusan orang dewasa atau tua yang secara umum punya waktu yang lebih singkat dibandingkan anak-anak muda. Tapi sesungguhnya tidak seperti itu. Tidak ada yang tahu kapan waktu kita tiba. Bisa puluhan tahun lagi, bisa setahun lagi, bisa sejam, semenit bahkan bisa pula sedetik lagi. Itu adalah rahasia Tuhan yang tidak akan pernah bisa kita ketahui dengan pasti. Jika anda berada di lingkungan yang rawan bahaya, anda tentu akan berjalan lebih waspada. Anda tentu akan berjaga-jaga lebih dari biasanya. Seperti itu pula seharusnya kita berpikir dalam menjalani kehidupan, karena dunia hari ini adalah dunia yang jahat yang penuh dengan godaan dan ancaman dari berbagai arah.

Di atas kita sudah melihat bagaimana karakteristik pohon badam yang mampu terus tumbuh dan berbunga indah dalam keempat musim, termasuk di musim salju yang termasuk musim menyulitkan bagi sebagian besar pohon lainnya. Pohon Badam ini muncul ketika Yeremia mendapat sebuah visi atau penglihatan dari Tuhan. Ayatnya berbunyi demikian: "Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (Yeremia 1:11). Ayat ini dalam bahasa Inggris (Amp) nya dijelaskan lebih rinci. Pohon badam atau almond tree dikatakan sebagai "the emblem of alertness and activity, blossoming in late winter." Pohon yang melambangkan kesiagaan dan keaktifan, dan mampu berbunga pada musim salju. Jika kita melihat dalam bahasa Ibrani, Badam diterjemahkan menjadi "yang berjaga" atau "yang bangun". Tentu asal nama ini pada mulanya diambil dari sifat pohon ini yang seolah-olah tetap berjaga dan mampu tetap subur di musim apapun.

Jika di atas saya sudah memaparkan bagaimana karakteristik pohon badam ini bisa menggambarkan bagaimana karakter kita seperti yang diinginkan Tuhan, yang tetap bisa bertumbuh meski dalam kondisi atau situasi apapun, mari kita lihat dari sifat lain sesuai namanya yaitu berjaga-jaga. Kehidupan bagai pohon badam disediakan bagi orang percaya yang tetap setia untuk berjaga-jaga. Tetap stand by, tetap bersiap sedia dan siap siaga, karena tidak satupun dari kita yang tahu kapan akhir itu tiba.

Perumpamaan yang diberikan Yesus sendiri mengenai lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh dalam Matius 25:1-13 menggambarkan hal ini secara jelas. "Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka." (ay 3-4). Perhatikanlah lima gadis ceroboh dan menganggap sepele tugas mereka, tetapi lima lainnya menyiapkan segalanya dengan baik. Maka ketika pada malam hari sang mempelai pria datang, kedua kelompok ini memperoleh hasil yang berbeda. Gadis-gadis yang bijaksana sudah mempersiapkan minyak sehingga mereka bisa langsung masuk ke dalam ruang perjamuan, tetapi sebaliknya gadis-gadis yang bodoh luput dari kesempatan itu karena mereka masih kalang kabut menyiapkan segala sesuatu ketika saatnya tiba. "Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup." (ay 10). Lewat perumpamaan ini jelas kita melihat seruan untuk berjaga-jaga. Tuhan Yesus sendiri menyimpulkan perumpamaan ini dengan satu kalimat singkat yang tegas: "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." (ay 13).

Dalam kesempatan lain kembali Yesus mengingatkan hal yang sama seperti yang bisa kita lihat pada Matius 24:37-44 yang diberi judul "Nasihat supaya berjaga-jaga". Yesus mengatakan: "Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang." (ay 42). Lalu: "Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (ay 44). Seperti halnya pohon badam yang terus mampu bertahan bahkan berbunga, berbuah dalam keempat musim bahkan pada musim yang bagi sebagian besar tumbuhan lainnya akan sangat sulit untuk sekedar bertahan, demikianlah kita semua anak-anakNya yang percaya. Kita harus mampu seperti pohon badam yang terus berjaga-jaga setiap saat sehingga sanggup bertunas, berbunga dan berbuah dalam kondisi seperti apapun. Hendaklah kita terus berjaga, siap siaga kapanpun dan tidak menunda-nunda waktu lagi. Jangan sampai kita lengah atau lalai agar kita tidak luput dari keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan lewat penebusan Yesus. Memang tidak mudah bagi kita, karena setiap saat ada banyak godaan yang siap menjatuhkan kita. Adalah penting bagi kita untuk memperhatikan betul agar jangan lalai dan terus terlena dalam dosa. Tidak ada yang tahu berapa lama lagi kesempatan untuk bertobat dan membersihkan diri dari segala noda dosa itu ada bagi kita. Untuk itulah kita harus senantiasa berjaga-jaga. karena tidak satupun dari kita yang tahu kapan hari itu akan tiba