Selasa, 22 Februari 2011

Multiplikasi dan Promosi: Diberkati seperti Abraham


Nats Bacaan: Ibrani 11: 8-12


Memasuki tahun 2011, Tuhan memberikan tuntunan kepada gereja dimana saya beribadah (Gereja Bethel Indonesia) adalah Tahun Multiplikasi dan Promosi. Untuk dapat menuai apa yang sudah Tuhan janjikan bagi saudara dan saya yang percaya kepada tuntunan ini, saya mencoba membagikan beberapa kunci yang benar menurut kebenaran firman Tuhan.

Sesuai dengan pembacaan nats Alkitab di atas, kita melihat sebuah panggilan bagi Abraham (saat itu namanya masih Abram) untuk keluar dari rumahnya, tanahnya dan pergi ke suatu daerah yang sudah Tuhan janjikan bagi dia dan keturunannya yaitu tanah Kanaan. Dua janji berkat yang Tuhan janjikan kepada Abraham, kalau dia mau taat kepada panggilan ini. Dalam Kejadian 12: 2-3 di catat: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Berdasarkan ayat tersebut, Tuhan memberikan janji kepada Abraham:
-         Menjadi bangsa yang besar. Di dalam Kejadian 15: 5 dikatakan bahwa Abraham akan memiliki keturunan sebanyak bintang di langit, bahkan di ayat yang lain dikatakan seperti pasir di tepi pantai banyaknya.
-         Menjadi berkat bagi bangsa-bangsa dan olehnya bangsa lain di muka bumi akan diberkati.
Janji yang Tuhan berikan kepada Abraham berbicara tentang “Multiplikasi dan Promosi”.
Ada satu pertanyaan yang terbersit di dalam hati saya ketika Tuhan memutuskan untuk memilih Abram untuk menuai janji-janji itu. Bukankah saat itu masih ada saudaranya Nahor yang masih hidup? Kenapa Tuhan tidak memilih Nahor untuk menuai janji-janji itu? Disamping Abram sebagai anak sulung (Kej 11:27), kualitas apa yang dimiliki oleh Abram sehingga ia dipilih oleh Tuhan dan apa kunci untuk mendapatkan janji-janji tersebut?

1.      Iman
Dalam Ibrani 11: 1 dalam Amplified version dikatakan bahwa: NOW FAITH is the assurance (the confirmation, the title deed) of the things [we] hope for, being the proof of things [we] do not see and the conviction of their reality [faith perceiving as real fact what is not revealed to the senses]. Jadi iman menjadi garansi/ jaminan dari apa yang sedang kita harapkan. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tapi kita yakin hal tersebut bisa terjadi maka hal tersebutlah yang dinamakan dengan iman. Dan iman merupakan pusat dari segala sesuatu yang sedang kita harapkan, itu berarti segala hal yang sedang terjadi dan yang sedang kita nanti-nantikan maka muaranya adalah iman.
Dalam nats yang kita baca di atas. Kata iman diulang sampai tiga kali: (8) Karena iman Abraham taat………, (9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu……dan (11) Karena iman ia juga dan Sara………… Jadi iman memegang peranan yang penting di dalam menanti-nantikan janji Tuhan sekalipun itu kelihatannya mustahil. Dan kualitas inilah yang dimiliki oleh Abram dan tidak dimiliki oleh orang lain sejamannya.
Iman memiliki 3 content mutlak, yaitu: pengetahuan, persetujuan dan pengandalan. Pengetahuan berarti kita tahu siapa yang kita percayai dan dasar apa kita untuk memiliki iman. Persetujua, tidak cukup hanya tahu tetapi kita juga setuju dengan apa yang sedang kita ketahui tersebut, lalu kemudia pengandalan diri kepada apa yang diketahui dan disetujui tersebut.

2.      Ketaatan untuk Keluar
a. Ketaatan
Dalam Kejadian 12: 1 dikatakan: TUHAN berkata kepada Abram, "Tinggalkanlah negerimu, kaum keluargamu dan rumah ayahmu, lalu pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu (BIS). Kunci berikutnya untuk menuai janji Tuhan tersebut harus keluar dari tanahnya, dari rumah orang tuanya pergi ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan menjadi miliki pusakanya. Dimanakah tanah Kanaan itu? Apakah Abram tahu dimana tempatnya? Ibrani 11: 8b …… lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Ternyata Abram tidak tahu dimana itu tanah Kanaan. Jadi dia tidak tahu ketika keluar dari rumah itu dia mau belok kiri atau belok kanan. Menuju tanah Kanan itu ada berapa persimpangan yang harus dilewati, dan dia juga tidak tahu nanti di tanah Kanan itu akan melakukan usaha apa?
Coba bayangkan jika saudara dalam posisi Abram saat itu, Tuhan panggil keluar dari ‘rumah’, kota tempat tinggal saat ini. Supaya cara berpikir kita lebih terbuka, ada baiknya kita tahu sedikit kondisi Abram pada saat dia dipanggil oleh Tuhan. pertama Kejadian 12: 5b mencatat…..dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran…….berarti pada saat itu kondisi Abram sedang dalam keadaan ‘makmur’ karena dicatat di Alkitab dia memiliki harta benda dan para pelayan, kata orang-orang dalam teks ini diterjemahkan dari kata servants yang berarti pelayan. Kedua, Kejadian 12: 4c…… Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Usia 75 tahun menurut saya bukanlah usia yang produktif lagi untuk pergi ke daerah lain apalagi daerah itu adalah daerah yang tidak diketahui.
Mengingat semua hal tersebut, saya pikir ada banyak alasan bagi Abram untuk berkata kepada Tuhan: “Tuhan, saya kan sudah tua saya ga kuat lagi untuk mengembara/ melakukan perjalanan jauh” atau mungkin lebih halus dia bisa berkata: “Tuhan, kemenakan saya lot sajalah yang Tuhan panggil atau saudara saya Nahor” atau mungkin banyak alasan lain yang lebih realistis untuk menolak Tuhan dengan halus. Tapi apakah dia mau melakukannya? Tidak. Dia taat pada panggilan Tuhan. Mengapa? Karena dia punya iman.
Jadi, untuk bisa menuai apa yang dijanjikan Tuhan di tahun ini maka kualitas yang harus kita miliki dalam hidup kita adalah ketaatan kepada kebenaran Firman Tuhan. Kebiasaan untuk mempertentangkan kebenaran firman Tuhan harus kita tinggalkan. Imani saja apa yang menjadi tuntunan Tuhan tanpa harus mempertentangkannya.

b. Keluar
Kemudian hal yang tidak kalah penting ketika Abram dipanggil keluar dari Haran menuju tanah Kanaan adalah ada hal yang harus dia tinggalkan. Apa itu? Orang tuanya, saudaranya Nahor, tanah yang menjadi bagiaannya (warisan) dan mungkin banyak hal lain lagi. Dengan demikian ada hal yang harus ditinggalkan oleh Abram untuk menuai janji-janjinya Tuhan. Demikian juga halnya dengan kita, ada sesuatu hal yang harus kita tinggalkan yang membuat kita untuk layak menerima janji Tuhan di tahun ini. Apa saja? Mungkin kebiasaan menggerutu, mengumpat, berbohong, atau kebiasaan-kebiasaan yang lain yang tidak baik atau yang disebut dengan perbuatan daging (Gal 5: 19-21)

3.      Menanti-nantikan dengan setia
Hal berikutnya yang dilakukan oleh Abram adalah dia menanti-nantikan janji Tuhan dengan setia. Dalam Ibrani 11: 11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Walau tidak ada kesempatan untuk berharap lagi karena kondisi Sara isterinya adalah mandul (Kejadian 11: 30a) dan sudah tua (Kej 17:1). Apa yang membuat mereka bisa menanti-nantikan janji itu? Iman.
Mungkin ada hal yang sedang kita gumulkan selama bertahun-tahun dan belum dijawab oleh Tuhan, saya juga mengalami hal tersebut dan bahkan sudah lebih dari sepuluh tahun. Sesuatu hal yang menguatkan saya untuk tetap mendoakannya adalah perkataan: ”Dia yang memberikan janji itu setia”. Saya percaya ketika saya berharap kepada Tuhan yang setia, maka saya tidak akan dikecewakan. Apa yang sedang saya doakan akan Tuhan jawab sesuai dengan waktunya Tuhan. Permasalahannya selama ini adalah kita tidak setia menanti-nantikan janjinya Tuhan sesuai dengan waktu-Nya. Sering sekali kita memaksakan sesuai dengan waktunya kita, sehingga hal yang pasti terjadi adalah kesalahan.

4.      Persembahan
Ketika mendengar persembahan mungkin pikiran kita akan terkoneksi dengan uang. Jika hal tersebut ada, saya tidak menyalahkan saudara. Tapi, persembahan yang sebenarnya bukan hanya berbicara uang. Persembahan yang terbaik adalah mempersembahkan harta yang termahal di dalam hidup kita. Abram melakukan hal tersebut. Ketika Tuhan meminta supaya Abram mempersembahkan anaknya Ishak  untuk menguji kesetiaannya (Kejadian 22:1-19), Abram taat melakukannya. Sebenarnya ada banyak alasan bagi Abram untuk menolak permintaan Tuhan. Ishak adalah satu-satunya ahli waris janji Tuhan (Ibrani 11: 18) karena Tuhan sudah menolak Ismail anak dari Hagar pelayan dari Sara, (bdk. Kej 15: 4), persembahan korban manusia pada saat itu tidaklah hal yang lazim dan hal yang paling masuk akal karena Ishak adalah yang lahir di usia tua mereka dan anak yang mereka nanti-nantikan dengan sangat lama. Tapi kalau kita membaca nats tersebut, adakah Abram menolak permintaan Tuhan? Tidak, mengapa? Karena dia punya iman. Ibrani 11: 17,19 mencatat: Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. Apa hasil dari ketaatan Abram? Iapun menerima kembali apa yang dijanjikan tersebut, karena ia mempersembahkan harta termahal dalam hidupnya.
Dalam Kejadian 14: 20 dicatat di dalam Alkitab, Abram adalah orang yang pertama sekali memberikan persembahan persepuluhan. Di samping persembahan tersebut di atas, adalah persembahan yang wajib hukumnya untuk kita persembahkan adalah persembahan persepuluhan (Mal 3:10). Mulai hari ini, setialah memberikan persembahan persepuluhan, Tuhan berjanji akan mengembalikannya sampai tidak ada lagi tempat bagi kita untuk menampungnya: …..that there shall not be room enough to receive it (AV).
Persembahan apa lagi yang perlu kita persembahkan? Waktu untuk membangun mezbah dengan Tuhan. Relakan waktu tidur saudara berkurang dengan bangun lebih awal, kumpulkan keluarga untuk mulai menyembah, berdoa dan baca firman Tuhan setiap pagi. Relakan waktu yang selama ini saudara gunakan untuk menonton sinetron yang tidak memiliki nilai edukasi, waktu untuk membicarakan hal-hal yang tidak perlu untuk mulai mempelajari Firman Tuhan dan menjadi saksi bagi orang-orang di sekitar saudara. Persembahkan waktu yang ada untuk melayani Tuhan, walau dalam ukuran manusia pelayan tidak menghasilkan uang (karena banyak orang yang memili cara berpikir seperti itu).

5.      Membangun Hubungan yang Intim dengan Tuhan
Setiap kali Abram berkemah atau tinggal di suatu tempat maka di situ dia mendirikan mezbah bagi Tuhan (Kej 12: 7,8). Hal ini menunjukkan betapa Abram bergantung kepada Tuhan dan menyadari keterbatasan yang dia miliki tanpa Tuhan. Adakah kerinduan kita seperti kerinduan yang dimiliki oleh Abram ini untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan setiap hari. Memulai dan mengakhiri sebuah hari dengan memanggil/ menyembah Tuhan? Ketika kita memanggil Tuhan, itu berarti kita sedang mengandalkan Tuhan. Ketika manusia sudah mulai mengandalkan Tuhan, Yeremia 17: 7,8 mencatat Tuhan akan memberkati seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang merambatkan akarnya, yang daunnya tetap hijau meskipun ada musim kemarau dan menghasilkan buahnya pada musimnya.

Kiranya lewat kebenaran ini, para pembaca sekalian diberkati oleh Tuhan dan dimampukan untuk menuai janji-janji Tuhan di tahun ini.

Nats Alkitab:

(8) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
(9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
(10) Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
(11) Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
(12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar