Selasa, 19 April 2011

Paskah: Pengorbanan Terbesar


PENGORBANAN TERBESAR
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Filipi 2:8

Berbicara tentang paskah (pass over), maka pemikiran kita akan diproyeksikan kembali kepada sejarah paskah, saat bangsa Israel akan keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan kepada Abraham sebagai miliki pusaka mereka. Dimana ketika Tuhan hendak menghukum bangsa Mesir dengan ‘membinasakan’ semua anak sulung yang ada di kota tersebut (Kel 11:4-6; 12:12), pada saat itu Tuhan melewatkan (pass over) setiap rumah orang Israel (Keluaran 12:13). Kenapa Tuhan melewatkan rumah bangsa Israel? Karena setiap ambang pintu dan ambang batas rumah dari bangsa itu diberi tanda dari darah anak domba yang dikorbankan (Kel 12: 4,13). Tuhan meluputkan bangsa Israel dari malapetaka yang akan terjadi karena ada pengorbanan. Dan paskah ini menjadi peringatan bagi bangsa Israel secara turun temurun sebagai hari raya untuk Tuhan (Kel 12:14). Menilik kembali apa yang dicatat di dalam kebenaran Firman Tuhan di kemudian hari setelah bangsa itu keluar dari tanah Mesir, maka kita akan menemukan bahwa pengorbanan binatang merupakan sesuatu yang lazim dilakukan sebagai korban penghapus dosa, korban pendamaian dan persembahan kepada Tuhan. Binatang yang paling lazim untuk dipersembahkan adalah domba.
Beribu-ribu tahun kemudian, pengorbanan inilah juga yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika Dia merendahkan diri-Nya untuk turun ke dunia bahkan sampai mati di kayu salib untuk mengampuni manusia yang berdosa dan memperdamaikan manusia dengan Bapa. Sebenarnya bukan Tuhan tidak sanggup menyelamatkan manusia tanpa harus turun ke dalam dunia. Tuhan sanggup berkata kepada seseorang: “bertobatlah.. !” atau kepada si Rinto: “bertobatlah, jika tidak kamu akan mati” maka saya yakin orang tersebut akan bertobat. Tapi, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia, Dia setia kepada apa yang sudah pernah dikatakan-Nya bahwa manusia boleh mengalami pendamaian lewat pengorbanan. Bagaimana pengorbanan Tuhan Yesus dan apa dampaknya bagi kita?

1.      Yesus Datang Kepada Umat Kepunyaan-Nya
Di dalam Yohanes 1: 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa segala yang ada di bumi baik tumbuhan, hewan melata, yang berkeriapan di air, yang berkeriapan di udara dan binatang buas serta manusia adalah diciptakan oleh Tuhan Yesus. Ayat ini juga menyangkal pengajaran yang berkembang yang mengkotak-kotakkan tugas Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dengan ayat tersebut, pengajaran yang mengatakan bahwa penciptaan adalah tugas Allah Bapa adalah pernyataan yang keliru dan tidak berdasar kepada firman Tuhan. Jadi sekali lagi ditegaskan bahwa segala sesuatu yang ada di bawah langit di atas bumi semuanya terjadi dengan peran Allah Tri Tunggal, di dalamnya termasuk Tuhan Yesus. Tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa oleh-Nya. Hal ini berarti, jika hidup saudara dan saya terpelihara saat ini juga karena Tuhan Yesus, kalau saudara boleh menikmati apa yang ada saat ini, pun karena Tuhan Yesus.

2.      Yesus Ditolak Umat Kepunyaan-Nya
Di atas sudah dijelaskan bahwa segala sesuatu yang ada terjadi oleh karena kehendak-Nya, tapi apa yang terjadi ketika Tuhan Yesus datang kepada orang kepunyaan-Nya, manusia yang sudah diciptakan-Nya, dipelihara-Nya itu? Yohanes 1:11 “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”. Milik kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya bahkan menolak. Hal ini dapat kita lihat mulai dari kelahiran Tuhan Yesus, Dia lahir di kandang domba di kota Betlehem (Mikha 5:1-2; Matius 2:1; Lukas 2:4-7; Matius 2:4-8) ……karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Lukas 2:7), kemudian Yesus di tolak di Nazaret (Lukas 4:16-30), bahkan sampai di salibkan oleh umat pilihan-Nya sendiri (Lukas 23:33-43; Mat 27:33-44; Mr 15:22-32; Yoh 19:17-24).
Saya membayangkan betapa ‘sedihnya’ hati Tuhan Yesus saat itu, ketika Dia datang kepada umat kepunyaan-Nya, umat pilihan-Nya, umat yang telah dituntun-Nya tapi Dia di tolak. Saya punya ilustrasi seperti ini:
Misalkan saja hal ini terjadi dengan saudara. Anak yang sudah saudara lahirkan, ketika dia kecil saudara merawat dia dengan penuh kasih sayang, ketika sakit saudara bawa dia berobat bahkan tidak jarang terganggu tidur ketika dia rewel pada malam hari, kemudian si anak ini bertambah besar. Ketika sudah usia sekolah saudara menyekolahkan anak ini di sekolah yang terbaik dengan harapan kelak bisa memperoleh masa depan yang lebih baik dibandingkan saudara saat ini, sebagaimana harapan dan keinginan orang tua pada umumnya kepada anaknya. Lalu anak itupun beranjak dewasa dengan kasih sayang dari saudara. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Perguruan Tinggi terbaik, anak inipun mendapatkan pekerjaan yang baik. Suatu hari dia kembali ke kampung halamannya yaitu rumah anda. Pada suatu petang yang penat anda pulang dari tempat kerjaan lalu mengetuk pintu, ketika anak anda membukakan pintu lalu berkata:”Hei… kamu siapa? Saya tidak mengenal kamu, pergi…!!!”. Sebagai orang tua yang sudah berkorban demikian besarnya kepada anak anda, kira-kira apa yang akan anda lakukan? Mungkin saudara akan berkata: “Dasar anak durhaka…” bahkan mungkin memukul anak tersebut dengan apa saja yang bisa dijangkau oleh tangan saudara.
Sangat sedih bukan? Saya bisa merasakan itu karena saya juga saat ini sedang mengasuh anak saya yang masih kecil, sehingga saya dapat merasakan bagaimana susahnya mendidik anak saya. Hal tersebutlah yang terjadi dengan Tuhan Yesus, ketika Dia datang kepada umat ciptaan-Nya, tapi manusia menolak Dia dengan berkata: “Aku tidak mengenal kamu”. Seharusnya manusia yang sudah menolak Dia akan dihukum dan dibinasakan, tapi Tuhan Yesus malah menggantikan hukuman yang seharusnya ditanggung oleh manusia (II Korintus 5:21)

3.      Yesus Disalibkan
Pengorbanan terbesar yang Tuhan Yesus lakukan adalah ketika Dia rela disalibkan untuk menebusa dosa pelanggaran manusia. Dalam hal inilah hakekat paskah sesungguhnya, yaitu ketika Tuhan Yesus merendahkan diri sampai mati dikayu salib untuk menggantikan manusia yang seharusnya dihukum (II Korintus 5:21). Yesus disalibkan bukan karena kesalahan-Nya tetapi karena pelanggaran-pelanggaran kita (Yesaya 53:4-5). Harta termahal yang dimiliki oleh Bapa diberikan kepada manusia sebagai korban penebusan dan korban pendamaian, sehingga setiap orang yang percaya kepadanya ditebus dan diperdamaikan dengan Allah (Yohanes 3:16).
Saya akan memberikan sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan pengorbanan dan hati Bapa saat melihat Anak yang dikasihi-Nya taat sampai mati di kayu salib, walaupun ilustrasi berikut tidak dapat menggambarkan dengan tepat.
Seorang bapak setengah baya bekerja pada sebuah perusahaan kereta api, dan tugas bapak ini mudah saja. Beliau hanya bertugas menarik sebuah tuas yang mengerakkan roda-roda raksasa yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta api itu, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat -- jika jembatan tersebut tidak diangkat, maka kereta api itu akan mengalami kecelakaan yang sangat hebat.
Bapak ini memunyai satu orang anak yang sangat dikasihi dengan segenap jiwanya. Suatu hari, sang anak mengunjunginya di tempat kerja dan ia membiarkan anaknya melihat-lihat tempat kerjanya. Sewaktu anak ini menghampiri roda-roda raksasa tersebut, tiba-tiba sang anak terpeleset dan jatuh di antara roda-roda raksasa tersebut. Malang baginya, kaki anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya di antara gerigi roda-roda raksasa. Melihat kaki anaknya yang terjepit, sang bapak dengan serta-merta menolong melepaskan kaki anak tersayangnya dari jepitan gerigi roda-roda.
Setelah berusaha sekian lama, sang bapak masih belum bisa melepaskan kaki anaknya. Sesaat kemudian, sang anak mulai menangis karena ketakutan. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar secara samar-samar suara peluit kereta api, memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat. Sesaat kemudian, hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan. Di dalam kecemasannya, dia masih berusaha melepaskan kaki anaknya, meskipun belum berhasil juga.
Tidak lama kemudian, suara peluit kereta api tersebut terdengar semakin jelas dan dekat. Hati bapak ini seketika menjadi hancur. Bapak ini mulai menangis dengan sedihnya. Di dalam hati bapak ini muncul suatu keraguan, haruskah dia mengorbankan anak satu-satunya demi menyelamatkan kereta api itu yang penumpangnya tak ada satu pun yang dia kenal? Namun, jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya, maka berapa jiwa yang akan melayang dengan sia-sia hanya gara-gara satu orang saja?
Sesaat kemudian, bapak ini perlahan-lahan mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang dan dengan hati yang hancur. Lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas pengangkat jembatan dengan air mata yang membasahi sampai ke bajunya. Sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu-satunya itu. Sesaat kemudian, bapak ini menarik tuasnya, jatuh lemas, dan menangis sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis yang tidak pernah dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kereta api itu -- orang-orang yang sama sekali tidak menyadari bahwa saat itu juga mereka telah bebas dari kematian yang kekal.
Saudaraku yang terkasih, jika kita renungkan kembali kisah di atas, bukankah pengorbanan itu juga yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, di mana Yesus rela disalib hanya untuk menebus dosa kita? Siapakah kita ini sehingga kita memperoleh keselamatan itu? Sesungguhnya kita ini tidak lebih dari sampah yang tidak ada harganya. Tetapi kasih Yesus begitu besar, sehingga Dia rela mati di atas kayu salib hanya untuk menebus dosa kita.

4.      Orang Percaya Diselamatkan
Hal apa yang harus dilakukan oleh manusia untuk meresponi kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus? Yaitu dengan menerima bukan menolak. Mungkin saudara akan berkata: “saya tidak pernah berkata, saya tidak mengenal Engkau Tuhan”, seperti orang-orang yang saya jelaskan sebelumnya atau “Saya kan orang yang rajin beribadah dan rajin memuji Tuhan, bukankah hal itu sudah menunjukkan bahwa saya tidak menolak Tuhan?”. Tunggu dulu. Memang kamu tidak pernah berkata seperti itu, tapi saya akan berikan bentuk penolakan yang lain ketika saudara mengandalkan kesalehan hidup dalam memperoleh Anugerah keselamatan yang Tuhan Yesus janjikan, maka sesungguhnya saudara sedang menolak Tuhan Yesus, sedang tidak mengakui Karya Agung Tuhan Yesus di kayu salib. Ketika saudara bertindak seperti itu (mengandalkan perbuatan baik, kesalehan hidup, ibadah, pujian penyembahan, persepuluhan) sebenarnya saudara tidak hanya sedang menolak Tuhan Yesus, tapi saudara juga sedang membuat diri saudara berada di bawah kutuk. Yeremia 17: 5 berkata: terkutuklah orang yang mengandalkan manusia dan mengandalkan perbuatannya.
Efesus 2: 8-9 Menjelaskan bahwa: Sebab Karena Kasih Karunia Kamu Di Selamatkan Oleh Iman, Itu Bukan Hasil Usahamu, Tetapi Pemberian ALLAH. Itu Bukan Hasil Pekerjaanmu, Jangan ada Orang yang Memegahkan diri. Jadi jelaslah bahwa Keselamatan itu bukanlah hasil usaha, kesalehan hidup, ibadah, pelayanan kita, tetapi semata-mata hanya karena Anugerah (Sola Gracia). Yohanes 6: 47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Sangat jelaslah bagi kita sesungguhnya barang siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus, ia mempunya hidup yang kekal/ keselamatan/ kepastian masuk sorga. Saat kapan kepastian itu kita dapatkan?? Saat saudara dan saya percaya kepada Tuhan Yesus, maka pada saat itu juga keselematan itu sudah menjadi milik saudara dan saya. Roma 10:9 mengatakan “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”. Dan keselamatan yang Tuhan Yesus anugerahkan adalah keselamatan yang kekal (Yohanes 10:28).
Saat ini, ketika saudara membaca renungan ini, biar hati saudara diubahkan oleh Tuhan. Saya rindu melihat saudara di selamatkan, saya rindu saudara tidak menjadi orang yang menolak Tuhan, tetapi menjadi orang yang menerima Tuhan Yesus. Yohanes 1: 12 berkata: Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Ketika saudara membuka hati menerima Tuhan Yesus untuk masuk di hati saudara maka Tuhan akan menjadikan saudara sebagai anak-anak Allah. Saudara sebagai anak berarti saudara berhak sebagai ahli waris dari apa yang telah disediakan Tuhan Yesus yaitu Sorga yang kekal. Roma 8: 17 berkata: Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Ibrani 3: 7-8 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu….Buka hatimu untuk menerima Tuhan Yesus, sebab hanya di dalam Dia engkau memperoleh hidup yang kekal yaitu sorga yang dijanjikan-Nya.
Jika saudara mau membuka hati menerima Tuhan Yesus, saudara dapat meminta sendiri dalam doa kepada Tuhan, suapaya Tuhan Yesus masuk ke dalam hidup saudara. Atau saudara dapat menggunakan contoh doa ini: “Terima kasih Tuhan Yesus buat Firman-Mu saat ini, saya menyadari siapa diri saya selama ini saya adalah orang yang penuh dengan dosa, saya seringkali menolak Tuhan dalam hidup saua, saya mohon pengampunan dari Tuhan Yesus. Saat ini saya percaya Tuhan hanya dengan Iman dan Percaya maka saya memperoleh Anugerah hidup kekal yang Tuhan sediakan, saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya secara pribadi dan saya mengundang Engkau masuk dalam hidup saya, saya mau berbalik dari hidup saya selama ini dan hanya mengikut Tuhan Yesus saja. Amin”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar