Jumat, 14 Oktober 2011

KEMALASAN

Kemalasan
Amsal 12:27
"Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga."

kemalasanAda 24 jam sehari yang diberikan Tuhan kepada kita untuk dipergunakan. Jika satu jam 60 menit dan satu menit 60 detik, maka 24 jam itu setara dengan 86.400 detik. Itulah total waktu per hari yang diberikan kepada kita untuk dipergunakan. Untuk apa saja waktu sebanyak itu kita manfaatkan setiap hari? Apa yang kita lakukan di dalamnya? Banyak orang yang justru menganggap jumlah itu masih kurang, karena rasa-rasanya tumpukan pekerjaan tidak bisa terselesaikan hanya dalam rentang waktu demikian per harinya. Tetapi sebaliknya ada pula orang yang lebih suka membuangnya sia-sia dengan hal-hal yang tidak berguna. Betapa sayangnya, karena waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa kembali lagi dengan cara apapun. Sekali lewat, waktu itu akan berlalu selamanya. Sekali terbuang, waktu tidak akan bisa kita beli kembali dengan harga berapapun. Tetapi tetap saja ada banyak orang yang memilih untuk membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan apapun yang berguna, baik untuk dirinya sendiri apalagi buat orang lain.

Beberapa hari terakhir kita sudah melihat banyak hal mengenai pentingnya manajemen waktu. Bagi orang yang sangat sibuk, kemarin kita melihat betapa pentingnya untuk belajar mendelegasikan atau membuat struktur kepemimpinan dengan job description jelas dan lengkap agar suatu pekerjaan itu bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Selalu berusaha untuk bekerja sendirian dan menyelesaikan semuanya sendirian merupakan salah satu kesalahan terbesar dari banyak orang yang sibuk dalam pekerjaannya. Mungkin anda merasa tidak punya wewenang untuk menentukan pembagian struktur kepemimpinan karena anda hanyalah bawahan, tetapi dalam rapat-rapat perusahaan itu selalu bisa didiskusikan, atau di antara teman sekerja. Kita sudah melihat pandangan maju Yitro tentang manajemen yang ia sampaikan atas dasar rasa kasihannya melihat kesibukan Musa dalam melakukan panggilan Tuhan atasnya. (Keluaran 18:13-27).  Musa sebenarnya menjalankan dengan sungguh-sungguh, bahkan ekstra sungguh-sungguh. Ia menghabiskan seluruh waktunya untuk membenahi bangsa Israel yang berjumlah sangat banyak tetapi bandelnya bukan main. Musa melakukan hal yang baik dan benar, tetapi ia melupakan pentingnya sebuah pengaturan atau manajemen agar waktu yang dipergunakan bisa lebih efektif dan hasilnya pun akan lebih baik. Itu buat orang yang sibuk. Hari ini mari kita lihat sebaliknya, yaitu orang-orang yang memilih untuk membuang waktu secara sia-sia dengan kemalasannya. Manajemen waktu bukan saja menjadi hal penting untuk dilakukan oleh orang-orang yang sangat sibuk dan sering tertimbun pekerjaan, tetapi juga seharusnya menjadi pemikiran yang penting bagi mereka yang suka bermalas-malasan. Adalah penting untuk memikirkan apa yang bermanfaat yang bisa kita lakukan setiap hari, baik untuk diri sendiri maupun bagi sesama, tidak membuang waktu begitu saja. Pemanfaatan waktu dengan baik juga merupakan salah satu bagian dari pengaturan atau manajemen waktu. 

Mari kita lihat sedikit kisah ketika bangsa Israel berada di Silo (Yosua 18). Pada saat itu segenap umat Israel berkumpul dan mendirikan Kemah Pertemuan di sana. Tuhan telah menyertai mereka sedemikian rupa sehingga negeri yang dijanjikan Tuhan kepada mereka itu secara umum telah berhasil mereka taklukkan. Meski Tuhan sudah memberkati mereka dengan tanah yang melimpah madu dan susunya seperti itu, dan Tuhan sendiri pula sudah menyertai mereka dalam setiap langkah untuk merebut tanah yang dijanjikan itu, tetapi tetap saja suku-suku tersebut enggan berangkat berperang untuk menguasai wilayah yang masih tersisa. Tuhan sudah menyediakan segalanya dan membantu, tetapi mereka masih juga malas-malasan. Maka akhirnya datanglah teguran melalui Yosua atas mereka. "Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?" (ay 3). Sikap malas dan senang menunda-nunda ternyata bukan hanya penyakit di jaman sekarang, tetapi sudah ada sejak dulu dan terus membudaya dan dilakukan banyak orang hingga hari ini. Pesan yang sama berlaku pula bagi kita. Berapa lama lagi kita harus bermalas-malasan sehingga tidak pergi menggapai janji-janji yang telah disediakan Tuhan bagi kita?

Ada banyak ayat yang menggambarkan ketidaksukaan Tuhan atas orang-orang yang malas. Salah satunya dikatakan: "Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga." (Amsal 12:27). Bagaimana kita bisa menangkap janji Tuhan jika kita enggan atau malas bergerak untuk mulai melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh? Sangat disayangkan ketika Tuhan sudah meletakkan berkat-berkatNya di depan kita, tetapi kemalasan membuat kita tidak akan pernah bisa meraihnya. Mengharapkan berkat tanpa adanya usaha sama saja dengan mengharapkan bintang jatuh dari langit. Kemalasan seringkali menjadi penyebab gagalnya kita untuk menerima berkat-berkat Tuhan. Kita harus mulai melakukan sesuatu dan berhenti membuang-buang waktu serta kesempatan.

Dalam Amsal ada sebuah ayat yang menarik yang menggambarkan orang malas bagaikan sebuah pintu. "Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." (Amsal 26:14). Perhatikanlah cara kerja sebuah pintu. Pintu hanya berputar pada engselnya. Bergerak sih bergerak, tapi tidak berpindah, alias hanya berputar ditempatnya saja. Orang yang malas untuk mulai melakukan sesuatu pun seperti itu, hanya akan berjalan di tempat dan tidak akan berpindah posisi. Jika malas menjadi kebiasaan kita, bagaimana kita bisa maju? Dalam ayat 16 kita membaca demikian: "Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana." (ay 16). Ayat ini menggambarkan lebih lanjut mengenai sikap orang yang malas. Meskipun banyak orang yang memotivasi, bahkan mungkin siap membantu, mereka tetap saja tidak mau memulai. Mereka tidak mau repot, mungkin terlalu malas untuk keluar dari zona nyaman mereka. Yang kerap terjadi selanjutnya adalah sikap untuk mencari pembenaran diri akibat kemalasannya sendiri.

 Kemalasan tidak akan membawa manfaat apa-apa dan hanya akan merugikan. Tuhan pun sangat tidak suka pada pemalas. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat apa jawaban Tuhan pada si hamba yang tidak mempergunakan dan melipatgandakan talenta yang telah dipercayakan padanya. "Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?" (ay 25:26). Dan bagi mereka ini, tempat yang disediakan adalah tempat yang tergelap yang penuh ratap tangis dan kertak gigi. (ay 30). Jika kita melihat tokoh-tokoh Alkitab pilihan Allah, semuanya yang dipilih adalah orang-orang yang giat bekerja, bahkan kita sering melihat orang-orang yang ketika mendapatkan panggilan justru tengah bekerja. Tuhan tidak mau memakai orang malas. Bahkan di dalam Alkitab tegurannya sungguh keras. "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).

Kemalasan bukanlah semata-mata berbicara mengenai orang yang tidak mau bekerja saja, tapi juga mengenai orang yang tidak disiplin, malas berusaha atau malas mencari Tuhan. Salomo juga menegur para pemalas untuk belajar dari semut dalam Amsal 6:6 yang berkata "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." Bayangkan semut yang ukurannya begitu kecil, lemah dan bisa mati dengan sedikit pencetan saja dari manusia, tetapi untuk urusan kerajinan, kita yang berukuran ratusan kali lebih besar dan lebih kuat ternyata harus belajar dari seekor semut. Maka dengan tegas teguran pun datang dalam hal ini."Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 9-11). Kemiskinan, itulah yang menjadi dampak atau akibatnya.

Kemiskinan itu kerap merupakan hasil dari kemalasan, dengan kata lain kemalasan menjadi sumber dari segala kemiskinan. Apakah itu miskin harta, miskin ilmu, miskin hikmat, miskin pemikiran, miskin pengertian, juga miskin rohani. Tuhan memberikan 24 jam sehari, dan itu seharusnya kita syukuri. Bukan saja dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, namun bentuk rasa syukur pun akan sangat indah apabila kita wujudkan dengan keseriusan kita untuk memanfaatkannya dengan baik demi kepentingan yang baik pula, bagi diri kita sendiri juga kepada sesama. Sayangnya masih banyak dari kita tidak memaksimalkannya. Sadarilah sedini mungkin bahwa waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali. Mulailah belajar menghargai waktu sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Kita harus melatih diri kita untuk disiplin dan tidak berkompromi pada kemalasan, karena gaya hidup malas tidak boleh menjadi bagian dari gaya hidup kita. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu yang dititipkan Tuhan kepada kita? Mulailah bangkit dan lakukan sesuatu. Do something for ourselves, for others, and most of all, for the glory of God. Atur dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, dan itulah cara yang sangat baik untuk menunjukkan rasa terimakasih kita kepada Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar