Jumat, 08 Juli 2011

Israel dan Gereja

Memahami beberapa pilihan Theology

Ketika mempelajari agama Yahudi (akar dari Kekristenan), seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan tertentu mengenai asalnya "Gereja", asalnya "Israel", dan hubungan antara mereka. Apakah orang Kristen menjadi "Yahudi" karena hubungan mereka dengan Yesus ? Apakah "Gereja" menggantikan orang-orang Yahudi dalam rencana Allah sebagai "Israel yang baru" ?
Sebenarnya bagaimana sih kita seharusnya memahami hubungan antara Israel dan Gereja hari ini ?
Secara umum, Theology Kristen telah mengembangkan 3 sistem interpretasi berbeda yang berusaha untuk menjawab pertanyaan seperti ini :
  1. Replacement Theology (Gereja dan Israel merujuk pada sekelompok orang yang sama.)
  2. Separation Theology (Gereja dan Israel merujuk kepada kelompok orang yang berbeda.)
  3. Remnant Theology (Gereja dan Israel tumpang tindih dalam beberapa cara.)
Sebagaimana yang akan kita lihat, masing-masing sistem ini mengarah kepada kesimpulan yang berbeda secara radikal, tetapi sebelum kita menjelajah lebih detail, kita perlu mendefinisikan dulu beberapa istilah. Khususnya kita perlu mendefinisikan "Israel" dan "Gereja".

Definisi Israel

Pada kitab Taurat (kelima kitab Musa pada Alkitab), Israel merujuk pada suatu nama baru yang diberikan Tuhan kepada Yakub, yang mana Yakub adalah anak Ishak, cucu Abraham, dan bapak dari ke-12 suku Israel (Kej 32 : 28). Israel lebih mengacu pada keturunan Yakub yang masuk ke Mesir (akibat dari yusuf yang dibuang oleh saudaranya) (lihat Kej 37 : 12-36 & Kej 41 :37-57 & Kej 46), dan di bawah naungan Yusuf kemudian berkembang menjadi bangsa yang besar pada masa Firaun (Kel 1 : 7). Selama zaman Musa orang-orang yang berasal dari keturunan Yakub ini secara kolektif disebut "The Children of Israel (Anak-Cucu Yakub)" atau "Israelites (Bangsa Israel)". Kelompok orang-orang inilah yang dipimpin Musa keluar dari Mesir pada saat יציאת מצרים atau Yetziat Mitzraim / Keluaran dari Mesir (Kel 3 :6-10) serta menjadikan mereka bangsa pilihan Tuhan / umat Tuhan (Kel 6 : 5-7) di bawah ketetapan Sinai dan persyaratannya (lihat Kel 19 : 3-6). Kemudian kelompok orang-orang yang sama inilah berhasil merebut tanah yang dijanjikan kepada Abraham oleh Allah (tanah perjanjian : lihat Kej 15 : 18-21 & Kej 17 : 2-8) di bawah kepemimpinan Yosua (lihat Yosua pasal 1).
Setelah Yosua memimpin kemenangan untuk bangsa Israel di tanah Kanaan (Yosua 23 : 1-6). Bangsa yang baru memiliki tanah air ini menerapkan sistem pemerintahan semacam Theocracy dengan המשכן atau HaMishkan (Kemah Suci / Tabernacle) sebagai pusat ibadah (Keluaran pasal 25 & pasal 26). Setelah Yosua mati bangsa Israel mulai murtad (Hakim-Hakim 2 : 6-23), berbagai שופטים atau Shofetim (Hakim) muncul yang menyebabkan pertempuran melawan orang Filistin dan Kanaan. Entah kenapa ? kemudian orang Israel menghendaki seorang raja (lihat 1 Samuel pasal 8) dan Samuel mengurapi Saul sebagai raja pertama Israel (1 Samuel pasal 9). Kemudian Daud menggantikan Saul sebagai raja (1 Samuel pasal 16 & 2 Samuel pasal 5). Daudlah yang ingin membangun בית המקדש atau Beit HaMikdash (Bait Suci) untuk menghormati Tuhan, Allah Israel, Tuhan membuat perjanjian dengan dia bahwa salah seorang keturunannya akan memerintah atas Israel untuk selama-lamanya (2 Samuel pasal 7). Daud meninggal, namun, tanpa membangun Bait Allah, sehingga anaknya Salomo naik takhta dan menyelesaikan proyek pembangunan Bait Suci (1 Raja-Raja pasal 5).
Setelah Salomo mati kerajaan Israel terpecah menjadi 2 (1 Raja-Raja pasal 12). Kerajaan selatan disebut Yehuda (termasuk kota Yerusalem dan Bait Allah). Kerajaan utara disebut Israel, dua kerajaan ini sering bertengkar satu sama lain sampai kekaisaran Asyur menaklukkan kerajaan utara "Israel" (2 Raja-Raja pasal 17) 10 dari 12 suku Israel dipaksa keluar dari Kanaan oleh Asyur (Diaspora Pertama) selain itu raja Asyur juga membawa orang asing (orang-orang Samaria) untuk menduduki dan mendiami tanah Kanaan menggantikan orang Israel (lihat 2 Raja-Raja 17 : 24-41). Setelah kerajaan utara runtuh kemudian kekaisaran Babel di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar menyerang kerajaan selatan "Yehuda", Babel membakar rumah Tuhan, rumah raja, dan semua rumah di Yerusalem serta mengangkut Yehuda ke pembuangan di Babel (2 Raja-Raja 25 : 8-12). Setelah kematian Nebukadnezar, kekaisaran Babel ditaklukkan oleh Koresy raja negeri Persia. Tuhan menggerakkan hati Koresy untuk mengizinkan orang-orang Yahudi pulang ke Yerusalem yang terletak di Yehuda (Ezra pasal 1). Kemudian orang-orang Yahudi yang pulang tersebut mulai membangun dan mentahbiskan kembali Bait Allah yang telah dihancurkan oleh Babel (Ezra 6 : 13-22).
Catatan :
  • Bait Allah dihancurkan oleh Babel sekitar tahun 586 SM (2 Raja-Raja pasal 25)
  • Bait Allah dibangun kembali sekitar tahun 536 SM pada zaman raja Persia Koresy (lihat Ezra pasal 1 sampai pasal 3)
  • Pembangunan sempat terhambat namun Bait Allah dapat selesai pada zaman raja Persia Darius I sekitar 516 SM (lihat Ezra pasal 4 sampai 6)
  • 586 SM - 516 SM = 70 tahun (genap sudah janji Tuhan seperti yang diucapkan Yeremia) lihat Yeremia 29 : 10 bandingkan dengan Ezra 1 : 1
  • Judea biasa disebut (bahasa Ibrani: יהודה, Standard Yehuda; bahasa Yunani: Ιουδαία; bahasa Latin: Judaea), pada zaman Hadrianus Judea berganti nama menjadi Palestine
  • Paragraf selanjutnya mengambil referensi dari ensiklopedia bebas "Wikipedia" (Post-Biblical History atau "Sejarah setelah Alkitab")
Kemudian Yunani mulai melebarkan sayap kekuasaannya di bawah pimpinan "Alexander the Great" mengalahkan pasukan Persia yang dipimpin oleh raja Darius III di Macedonia (333 SM) dan akhirnya menaklukkan tanah Syria-Judea (Suriah-Palestine), selanjutnya seorang penguasa Yunani bernama Antiochus Epiphanes memerintah Syria / Suriah (dari sekitar 175 SM hingga sekitar 164 SM). Antiochus juga memerintah atas Judea dan mencoba untuk menghancurkan agama Yahudi dengan cara mencemarkan Bait Allah dan membakar salinan Taurat. Hal ini menyebabkan pemberontakan Makabe yang membuka jalan bagi kemerdekaan Yahudi di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Kemenangan ini diperingati selama חנוכה atau Chanukah.
Ketika kekaisaran Yunani mulai melemah, Romawi menyerang Syria (di bawah kepemimpinan Pompey) dan Yerusalem jatuh di bawah kekuasaan Romawi. Sebentar kemudian Yesus dilahirkan dan melakukan pelayanan-Nya di Israel. Beberapa tahun setelah Yesus disalibkan, Tentara Romawi (di bawah Titus) menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci Herodes (70 M), sehingga genap sudah seperti yang dinubuatkan Yesus (Matius 24 : 1-2). Kemudian pada tahun 135 M, Romawi (di bawah Hadrianus) menekan pemberontakkan Bar Kokhba, menghancurkan seluruh Yerusalem, dan mengirim semua orang Yahudi ke pengasingan. Dalam upaya untuk mengakhiri semua harapan orang Yahudi untuk sebuah negara merdeka, Hadrianus mengganti nama tanah Kanaan dari Judea menjadi Palestine, nama Palestine diambil dari musuh bersejarah Israel yaitu Filistin. Ini adalah awal גלות atau Galut (Diaspora Yahudi besar-besaran).
Pada akhir 1800-an gerakan Zionis dimulai di Eropa. Theodor Herzl, seorang wartawan dari Austria menulis buku yang berjudul der Judenstaat (Negara Yahudi) yang menyerukan pembentukan sebuah negara Yahudi sebagai solusi untuk Diaspora. Herzl juga menyelenggarakan Kongres Zionis Dunia pertama, menyatukan beragam kelompok Zionis menjadi gerakan di seluruh dunia.
Selama Perang Dunia I, pasukan Inggris mengalahkan Turki (Turki Utsmani) dan berkuasa atas daerah yang disebut "Palestina". Berdasarkan Deklarasi Balfour, orang-orang Yahudi diizinkan untuk kembali menempati tanah leluhur mereka. Kemudian, Hitler menjadi teror di Jerman dalam peristiwa Holocaust - pembunuhan secara sistematis yang dilakukan oleh Nazi terhadap 6 juta orang Yahudi - menyebabkan dukungan seluruh dunia kepada orang-orang Yahudi untuk membangun kembali negara Israel sebagai tanah air permanen. Setelah imigrasi lebih lanjut ke Palestina, pada 14 Mei 1948, orang-orang Yahudi menyatakan kemerdekaan bagi negara demokratis Israel (Medinat Yisrael), sungguh sebuah keajaiban modern yang mengungkapkan perawatan takdir Allah bagi orang-orang Yahudi selama ribuan tahun. Kelahiran kembali bangsa Israel berarti bahwa setelah hampir 2.900 tahun (sejak zaman Raja Salomo) negara Israel telah kembali merdeka dan bersatu (Ulangan 30 : 2-5 & Mazmur 147 : 2 & Yehezkiel 11 : 17 & Yehezkiel 28 : 25 & Yehezkiel 34 : 13 & Yehezkiel 37 : 21). Namun beberapa jam setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya, negara-negara Arab sekitarnya melancarkan invasi ke Israel. Israelpun selamat dan menang. Kemudian, pada tahun 1948 perang Arab-Israel, pasukan Israel merebut kembali tanah air mereka dan mencaplok beberapa tanah Arab disekitarnya, dan selama Perang Enam Hari tahun 1967, Israel merebut kembali kendali atas Yerusalem, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan secara keseluruhan, wilayah Israel bertambah tiga kali lipat, termasuk sekitar satu juta orang Arab yang masuk ke dalam kontrol Israel di wilayah yang baru didapat (banyak dari penduduk wilayah-wilayah tersebut mengungsi ke luar Israel). Batas Israel bertambah paling sedikit 300 km ke selatan, 60 km ke timur, dan 20 km ke utara (Mikha 7 : 11). Selama beberapa tahun terakhir, Intifadah dan kebangkitan Islam serta beberapa organisasi teroris bermotif religius yang ingin menyingkirkan Israel dari muka bumi seperti Hamas & Hizbullah dengan cara melakukkan aksi-aksi bom bunuh diri & menembakkan roket-roket ke wilayah Israel kembali mengancam bangsa Israel, meskipun dikeroyok dan dimusuhi oleh banyak negara-negara Arab, Israel sendiri mengaku tidak pernah takut kepada mereka sebab Tuhanlah yang selama ini telah menjaga Israel agar tetap eksis dan tidak punah (Mazmur pasal 121 & Maleakhi 3 : 6).

Definisi Gereja

Kata "gereja" tidak muncul dalam terjemahan bahasa Inggris dan Indonesia (baik perjanjian lama maupun perjanjian baru). Dalam terjemahan bahasa Yunani perjanjian lama (disebut juga Septuaginta atau LXX) menggunakan kata ekklesia (dari ek- + kaleo, ek = keluar + kaleo = memanggil) dan dalam bahasa Ibrani menggunakan kata קהל "qahal" dan עדה "'edah" (keduanya memiliki arti jemaat). LXX menggunakan kata συναγωγή artinya jemaat, untuk kata Ibrani 'edah biasanya diterjemahkan sebagai "pertemuan"
Ibrani
Yunani
Dalam pengertian perjanjian baru kata ekklesia mengacu pada kelompok orang-orang "yang dipanggil" untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat. Secara khusus, ekklesia ini hanya terdiri dari orang-orang yang mengakui iman mereka bahwa Yesus tidak lain adalah Mesias, yang mati sebagai korban untuk menebus berdosa dosa-dosa mereka, dikuburkan, dibangkitkan oleh Allah dari kematian dan naik ke sorga.
Kalau dipahami secara historis, ekklesia yang disebutkan dalam perjanjian baru ini ternyata didirikan oleh seorang Yahudi yang taat Taurat yaitu Yesus (Galatia 4 : 4-5 & Roma 15 : 8). Pengikut pertama Yesus pada dasarnya banyak yang berasal dari orang Yahudi, baik rasul maupun penulis perjanjian baru. Maka dari itu gereja yang lahir di Yerusalem berasal dari kalangan orang Yahudi. Khotbah Petrus pada hari שבועות (yakni Shavu'ot atau Pentakosta atau Hari raya 7 minggu) banyak sekali mengutip dari para nabi dan Daud. Kemungkinan besar, bahwa 3.000 orang yang diselamatkan pada hari itu sudah pasti kebanyakkan adalah orang Yahudi (Kis 2 : 14-47). Cara hidup jemaat yang pertama ini sering berkumpul secara teratur di dalam בית המקדש atau Bait Allah (Kis 2 : 46). Perhatikan pula bahwa rasul Petrus dan Yohanes tercatat pergi ke Bait Allah untuk sembahyang pada siang hari (yakni מנחה / Mincha) (Kis. 3:1). Pelayanan para Rasul masih berlanjut secara eksklusif di antara orang-orang Yahudi, di antaranya "ribuan orang yang percaya dan bersemangat untuk Taurat" (Kis 21 : 20). Bahkan setelah mereka dipenjarakan, tetapi secara ajaib lolos, seorang malaikat mengatakan kepada mereka untuk "Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." (Kis 5 : 17-21). Ketika Stefanus dipanggil oleh Imam Besar dan dewan, dia memberi pembelaan yang benar-benar Yahudi, yang meliputi seluruh sejarah Israel sebelum ia mati syahid (Kisah Para Rasul pasal 7).
Catatan :
Bahkan ketika Petrus berkunjung ke rumah Kornelius, seorang perwira pasukan Italia yang takut akan Tuhan (Kis 10), Petrus sempat mengalami krisis hati nurani, dalam visinya ia mengatakan bahwa ia tidak akan makan dari binatang yang diperlihatkan kepadanya (makanan non-kosher), dan kedua, ia ragu untuk memasuki rumah seorang non-Yahudi (Kis 10 : 28). Ini menunjukkan, bahwa Petrus adalah orang Yahudi.
Demikian juga Rasul Paulus adalah seorang Yahudi yang taat. Ia dilahirkan di Tarsus, namun dibesarkan di Yerusalem dan belajar di bawah Rabi yang terkenal Gamaliel (Kis. 22:3). Apakah Paulus yang Yahudi ini menolak gaya hidup Yahudi setelah pertobatannya di perjalanannya ke Damsyik (Kis pasal 9) ? Setidaknya, peristiwa berikut ini dapat menunjukkan seperti apa Paulus selama pelayanan-nya :
  • Paulus mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Yahudi, bahkan untuk hari penghakimannya. Dalam Kisah Para Rasul 23 : 6 ia mengaku, "Aku adalah seorang Farisi." Dia bahkan menyatakan bahwa mengenai pelaksanaan hukum Taurat dia "tidak bersalah", dan menunjukkan bahwa dia mentaati gaya hidup orang Yahudi (Filipi 3 : 5-6). Paulus bersaksi bahwa ia memelihara hukum Taurat sepanjang hidupnya (Kis 25:7-8, lihat juga Kis 28:17).
  • Paulus adalah orang yang menyuruh Timotius untuk sunat, Timotius adalah seorang Yunani blasteran Yahudi. Timotius disunat sebelum dibawa oleh Paulus pada sebuah perjalanan untuk membantu pelayanan di antara orang Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1-3).
  • Paulus sering menghadiri rumah ibadat orang Yahudi. "Dia datang ke Tesalonika, di mana ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci." (Kisah Para Rasul 17 : 1-3).
  • Paulus mengambil sumpah Nazirite atau Kenaziran (Kis 18:18; lihat juga Bil. 6:2-6,13-18).
  • Setelah meninggalkan Filipi (Kis 20 : 6) ia berlayar di sepanjang pantai Asia Kecil, berhenti di beberapa tempat di sepanjang jalan, tapi melewatkan Efesus karena ia ingin berada di Yerusalem untuk Perayaan Pentakosta (Kisah 20:16).
  • Paulus tidak setuju dengan gaya hidup / kelakuan Petrus (Galatia 2:11-14) tentang persyaratan orang kafir / tidak bersunat untuk masuk agama Yahudi.
Jadi, pada saat itu agama Kristen masih merupakan sebuah sekte kecil dari Yudaisme. Keretakan antara para pengikut Yesus dan Yudaisme rabinik mulai terlihat pada perang Yahudi-Romawi, yakni Pemberontakan Bar Kokhba (132-135 M). Rabi Yahudi yang bernama Akiva meyakinkan pihak Sanhedrin untuk mendukung pemberontakan dan benar-benar menganggap pemimpin pemberontakan (Simon Bar Kokhba) sebagai Mesias Yahudi. Sedangkan Yahudi pengikut Yesus tidak setuju (karena mereka meyakini bahwa Yesuslah Mesias sejati), inilah pemisah antara Yudaisme dan Gereja Yahudi awal.
Bersamaan dengan penolakan terhadap ekklesia Yesus oleh para pemimpin etnis Israel, justru malah semakin banyak bangsa-bangsa lain menjadi beriman dan datang kepada Yesus, dan akar Keyahudian Yesus mulai dilupakan. "Kelupaan" ini malah diperparah oleh berbagai macam orang-orang Kristen dari bangsa-bangsa lain yang bukan berasal dari בן יעקב bani Yakub (Israel) yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani diawal-awal abad dan menganjurkan memutus ekklesia dari akar sejarah Yahudi. Kemudian "Gereja" non-Yahudi tersebut berupaya masuk menonjol sebagai entitas yang berbeda dari Israel, dengan misi dan tujuan sendiri. Meskipun demikian Gereja non-Yahudi yang sekarang masih mempunyai utang mengenai asal-usul Gereja kepada ekklesia Yahudi pengikut Yesus yakni Jewish Christians.

1. Replacement Theology (Theology Pengganti)

Pilihan teologis yang pertama mengenai hubungan antara Gereja non Yahudi dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa "Gereja" dan "Israel" sebenarnya merujuk pada kelompok orang yang sama. Lebih khususnya, karena Israel menolak Yesus sebagai Mesias, maka ekklesia Yesus sekarang menerima semua perjanjian berkat dan janji-janji Allah. Ini adalah "Mindset" kebanyakan teolog Kristen pada hari ini.

Replacement Theology mengklaim bahwa Gereja adalah "baru dan lebih daripada" Israel, lebih baik daripada suku "versi" yang lebih tua yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Pada zaman dahulu "Gereja" (ekklesia, dari kata ek-+ kaleo) memang ditujukan kepada bangsa Israel, tetapi setelah kasih Yesus itu ditolak oleh orang Yahudi, maka Allah memindahkan seluruh perjanjian-perjanjian dan janji-janji-Nya dari Israel untuk Gereja Kristen. Bahwa "Perjanjian Baru" yang diberikan kepada Israel (Yeremia 31:31-37) telah digenapi melalui Gereja Kristen. Pandangan ini disebut "Replacement Theology" karena Gereja Kristen sekarang telah menggantikan bangsa Israel sebagai ekklesia sejati Allah. "Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Roma 9:6). Karena ketidaktaatan Israel (yaitu, penolakan terhadap "perjanjian baru" dan Yesus), Israel tidak lagi menjadi "bangsa terpilih" dengan status khusus atau masa depan. Seperti Martin Luther mengatakan, karena orang-orang Yahudi menolak Kristus, satu-satunya yang tersisa untuk mereka adalah kutukan yang ditemukan dalam Alkitab, tapi tidak ada berkat. Oleh karena itu semua janji tentang Israel yang dikumpulkan lagi (Yehezkiel 28 : 25), dipulihkan, dan dibebaskan dari musuh-musuhnya di Kerajaan yang mendatang akan dipindahkan ke Gereja. Dan karena Yesus sekarang memerintah dari takhta Daud, misi Gereja adalah untuk mengantarkan Kerajaan Allah di bumi dengan cara penyebaran Injil di seluruh dunia. Pada akhir zaman, Yesus akan kembali untuk memisahkan "domba dari kambing" (Matius 25:32-33) dan kerajaan kekal Allah akan bertahan selamanya.
Harap dicatat bahwa salah satu konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa Gereja pada dasarnya bukan baru, karena sudah ada sebelum zaman Yesus sebagai kumpulan dari orang-orang kudus yang percaya kepada Allah Israel untuk keselamatan mereka (yaitu, sisa yang setia). Sejak itulah Gereja sebenarnya adalah semacam "reformasi" atau "pembaruan" dari Israel, atau mungkin akan lebih cocok untuk menganggap pandangan ini sebagai "Pembaharuan Teologi," karena mengacu bahwa Gereja adalah bentuk pembaruan dari Israel yang setia. Intinya adalah membawa kita pada kesimpulan bahwa Israel harus "kembali dicangkokkan" ke dalam pohon zaitun dari Gereja, bukan pemahaman yang sebaliknya bahwa Gereja non-Yahudi yang terdiri dari "tunas zaitun liar" dicangkokkan ke perjanjian yang diberikan kepada Israel (Rom . 11:17-23; Ef. 2:12).
Kasus pada Replacement Theology
Kasus untuk Replacement Theology sering dibuat sepanjang baris-baris berikut: "Israel" mengacu kepada semua orang yang mentaati Perjanjian Baru dari Yesus, yang dengan demikian disebut "anak-anak Abraham yang sejati" dan ahli waris menurut janji (Galatia 3:29) . Dalam istilah rohani, Gereja sekarang "Israel milik Allah" (Galatia 6:16) yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dengan cara dilahirkan kembali oleh iman mereka kepada Yesus (Matius 3:9, Lukas 3:8 , Gal. 3:6, 9). Bangsa Israel sebenarnya hanyalah "benih" dari Gereja masa depan, yang pada akhirnya akan mengembalikan seluruh bumi di bawah kerajaan Allah yang akan datang (Maleakhi 1:11, Rm. 4:13). Gereja sekarang adalah wakil Allah di bumi (Galatia 3:29). Yesus sendiri mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi akan kehilangan hak istimewa rohani mereka dan digantikan oleh "orang lain" (Matius 21:43). Kehadiran gereja pada hari pentakosta, menandakan bahwa urusan Allah dengan bangsa Israel "selesai", dan hari ini, seorang "Yahudi sejati" adalah seseorang yang dilahirkan dari Roh, apakah dia secara fisik lahir dari bangsa Yahudi atau tidak (Rm. 2:28 -29). Semua janji yang dibuat kepada Israel dalam Perjanjian Lama sekarang telah menjadi milik Gereja Yesus, yang sekarang (secara simbolis) memerintah di atas tahta Daud (2 Kor. 1:20).
Atau dalam bentuk yang lebih terus terang, Replacement Theology bersifat agresif dan bahkan dominionist dalam pandangan, karena menuduh bahwa gereja telah menggantikan Israel dalam arti rohani (teologis ini disebut "Supersessionism" yaitu, ide bahwa Israel telah "digantikan" oleh Gereja). Semenjak orang-orang Yahudi tidak lagi umat pilihan Allah dan Allah tidak memiliki rencana masa depan yang unik bagi bangsa Israel. Gereja, bukan Israel, Gereja sekarang menjadi "biji mata Allah" (Ulangan 32:10; Za. 2:8). Dengan kata lain, istilah "Israel" menunjukkan hanya mereka yang Kristen, dan sebaliknya hanya orang Kristen adalah pewaris perjanjian-perjanjian dan berkat-berkat yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya. Singkatnya, Gereja adalah Israel dan Israel (dipahami secara rohani) adalah Gereja. Jika Israel tergantikan tentu saja Islam juga mengklaim bahwa mereka telah "menggantikan" Israel sebagai umat pilihan Allah di bumi.
Mungkin perlu dicatat di sini bahwa beberapa varietas teologi Yahudi juga membalas "Replacement Theology" Kristen dengan mempertahankan bahwa suatu hari Israel akan menang atas Gereja (dipahami secara kolektif sebagai "bangsa-bangsa lain," "Kristen," atau lebih umum sebagai keturunan berhala Esau). Menurut eskatologi Yahudi tersebut, dalam hari-hari Mashiach TUHAN akan menetapkan Yerusalem sebagai titik sentral di dunia, dan semua orang-orang Yahudi yang tersebar secara permanen akan dikembalikan ke Tanah leluhur mereka sesuai dengan yang Tuhan janjikan. Semua literal tentang janji-janji yang diberikan kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan dikonfirmasi oleh nabi Yahudi akan benar-benar terpenuhi. Semua musuh kuno orang Yahudi (termasuk keturunan Esau) akan dikalahkan, dan Israel akan memasuki Zaman Keemasan damai di atas bumi (ini sering dirangkum oleh kelompok-kelompok ortodoks tertentu seperti Chabad dengan sebutan, "Moshiach !"). Selain itu "Replacement Theology" juga rawan menimbulkan sikap antisemitisme.

2. Separation Theology (Theology Pemisah)

Pilihan teologis yang kedua mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa Gereja dan Israel merujuk kepada kelompok orang yang berbeda.

Gereja dipahami sebagai suatu ciptaan baru yang dimulai dengan munculnya רוח הקודש atau Ruach HaKodesh (Roh Kudus) selama Shavu'ot (Pentakosta), dan akan terus "berlanjut" sampai ke surga pada saat Pengangkatan. Gereja tidak berada di bawah kewajiban perjanjian yang diberikan kepada bangsa Israel di Sinai (yaitu, perjanjian Musa), yang mana perjanjian ini hanya diberikan kepada bangsa israel. Janji-janji yang dibuat untuk bangsa Israel merupakan kewajiban Israel, bukan kepada Gereja. Kata "Israel" selalu berarti Israel dalam Kitab Suci, sedangkan kata "Gereja" selalu mengacu kepada Gereja. Tidak ada satu kejadian di seluruh Alkitab di mana Israel merujuk pada apa pun selain orang-orang Yahudi.
Kritik Separation Theology adalah bahwa perbedaan tajam antara bangsa Israel dan Gereja mengimplikasikan bahwa ada tiga kelompok abadi orang yang berbeda di bumi yaitu: orang-orang Yahudi, orang-orang kafir, dan Gereja (yang terdiri dari orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dan dibentuk menjadi "satu manusia baru"). Oleh karena itu, Yahudi hanya dianggap sebagai properti / status yang diawetkan selamanya. Kritik lainnya adalah bahwa karena mengabaikan konsep sisa Israel yang setia, ia cenderung mendorong Gereja untuk mengabaikan akar Yahudi, sejak Perjanjian, berkat, dan janji yang dibuat kepada bangsa Israel tidak dapat diterapkan secara langsung kepada Gereja. Dalam prakteknya ini dapat memiliki efek tanpa disadari meminimalkan relevansi Perjanjian Lama Kitab Suci. Selain itu Separation Theology juga berargumen bahwa umat Tuhan baik Gereja maupun Israel memiliki program keselamatan yang terpisah atau argumen ini kadang diilustrasikan oleh karikatur bahwa Gereja suatu hari akan mewarisi rumah-rumah di surga, sementara Israel akan mewarisi bumi. Ini tidak adil untuk beberapa alasan, tapi Theology ini masih percaya bahwa bangsa Israel akan suatu hari datang kepada iman yang menyelamatkan di dalam Mesias ketika ia berseru "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23 : 37-39, Lukas 13 : 35). Lalu nubuat dari perjanjian baru bangsa Israel akan digenapi (Yeremia 31 : 31-37) dan "Seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11 : 25-26).

3. Remnant Theology (Theology Sisa)

Pilihan teologis yang ketiga mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa Gereja dan Israel "tumpang tindih" dalam beberapa cara. Dalam Replacement Theology (Teologi Pengganti), Gereja dikatakan menggantikan Israel dan Israel ditinggalkan tanpa penebusan tanpa masa depan. Dalam Separation Theology (Teologi Pemisah), ada perbedaan antara Israel dan Gereja, tetapi ada beberapa pertanyaan tentang bagaimana dua kelompok ini akan berinteraksi. maka dari itu Remnant Theology (Teologi Sisa) berupaya untuk menengahi posisi tersebut dengan memahami Gereja untuk menjadi bagian dari bangsa Israel yang setia dan menerima Yesus Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan. Iman dari bangsa Israel yang masih setia ini disebut Remnant (Sisa) atau "Israel milik Allah" (Galatia 6 : 16):

שארית ישראל (She'arit Yisra'el - Sisa dari Israel)

Alkitab membuat perbedaan antara etnis Yahudi (yaitu, seorang yang lahir Yahudi) dan yang satu dianggap sebagai anggota She'arit Yisrael, sisa Israel yang setia. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

Seperti dapat dilihat dari diagram ini, seseorang dapat menjadi :
  1. di luar hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)
  2. dalam etnis Israel berdasarkan kelahiran (keturunan Yahudi asli) atau
  3. dalam kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel).
(Logikanya, akan ada pilihan keempat di sini yang akan dibahas di bawah). Perbedaan ini penting karena ada banyak orang yang terlalu menyederhanakan masalah dan membingungkan etnis Israel dengan "sisa Israel yang dipilih oleh kasih karunia Allah" (Roma 11 : 5).
Para Sisa Israel adalah seorang yang dipilih dari etnis Israel yang telah setia dan dipelihara oleh TUHAN selama berabad-abad. Keberadaannya dibuktikan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama seperti yang terlihat dalam kasus-kasus berikut:
  • Ishak dipilih atas Ismail (Kejadian 17 : 19)
  • Yakub dipilih atas Esau (Kejadian 28 : 13-15)
  • Yusuf dipilih atas saudara-saudaranya yang lain (Kejadian 45 : 7)
  • Israel dipilih sebagai bangsa pilihan di Sinai dan sisa ini dipelihara setelah berdosa dengan anak lembu emas (Keluaran 32)
  • Kaleb dan Yosua dipilih di antara semua orang dari generasi yang di padang gurun untuk memasuki Tanah Perjanjian (Bilangan 14 : 38)
  • Elia diberi tahu bahwa Allah menyediakan / mengawetkan 7.000 sisa yang masih setia selama kemurtadan nasional (1 Raja-raja 19 : 18)
  • Yehezkiel diberitahu bahwa sisa akan dilestarikan dari kerajaan utara setelah penawanan mereka (Yehezkiel 37:19)
  • Orang buangan yang kembali dari Babel adalah orang yang dipilih (Zakharia pasal 8)
Hal ini dibuktikan lebih lanjut dalam Perjanjian Baru:
  • Allah memilih sisa Israel untuk menerima Mesias (Roma 11 : 5)
  • Setelah Bait Allah dihancurkan oleh Romawi, Tuhan masih melestarikan / memelihara sisa Israel yang terus sampai hari ini.
  • Paulus berbicara tentang sisa Israel yang dipilih oleh anugerah Allah (Roma 2 : 28-29 ; 9 : 27 ; 11 : 5) dan seorang "Manusia Baru" yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang dicangkokkan(Efesus 2 : 15).
Sangat penting untuk menyadari bahwa Remnant Theology memahami bahwa Gereja "dicangkokkan ke dalam" atau "ditempatkan" pada sisa-sisa Israel, dan bukan sebaliknya.

Perbedaan inilah yang penting, sebab gereja hanyalah cabang-cabang yang dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sementara akar (sisa-sisa Israel) adalah yang menopang Gereja (Roma 11 : 18). Sementara itu hanya beberapa saja etnis Yahudi yang termasuk bagian dari sisa yang setia, semua bangsa-bangsa lain yang diselamatkan secara rohani bisa juga disebut Yahudi / Israel (Rm. 2:29; Rm. 4:16; Ef. 2:12-19), karena memiliki hak untuk mengambil bagian dalam perjanjian berkat-berkat yang diberikan untuk sisa Israel. Tetapi sangat penting untuk memahami bahwa Gereja adalah dicangkokkan / dimasukkan ke dalam sisa Israel yang dipilih, dan bukan sebaliknya! Dengan kata lain, seorang Yahudi tidak perlu memungkiri Keyahudiannya untuk menjadi anggota Gereja.
Dengan perbedaan ini, kita dapat menyelesaikan diagram yang mengungkapkan kemungkinan logis antara etnis Israel dan Chosen Remnant (Sisa yang terpilih) :

Seseorang bisa
  1. di luar hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)
  2. dalam etnis Israel berdasarkan kelahiran (keturunan Yahudi asli)
  3. dalam kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel) atau
  4. seorang kafir yang mengambil bagian dari berkat-berkat yang diberikan kepada sisa Israel yang setia.

Pohon Zaitun dan Sisa Yang Dipilih Oleh Anugerah

Pernyataan Paulus bahwa "tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Roma 9 : 6) berarti bahwa seseorang bisa menjadi etnis keturunan Israel, tetapi bukan menjadi bagian dari sisa Israel yang telah dipilih oleh Tuhan untuk Selamat di dalam Mesias. Dalam Roma 9:1-31, Paulus mengungkapkan keinginan hatinya untuk melihat seluruh Israel datang memahami kebenaran keselamatan seperti yang diberikan melalui Yesus, walaupun dia secara khusus menyebutkan bahwa sisa yang setia selalu ada.
Kemudian Paulus secara eksplisit menanyakan pertanyaan apakah urusan Tuhan telah "selesai" dengan etnis Israel, kemudian dia sendiri menjawab:
"Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia". (Roma 11:1-5)
Paulus memberikan analogi dari Pohon Zaitun untuk menggambarkan bagaimana Gereja dicangkokkan ke sisa-sisa Israel. Cabang alami yang terputus mewakili bangsa Israel yang tidak percaya, sementara "tunas zaitun liar" dicangkokkan di antara yang lain mewakili bangsa-bangsa lain yang datang kepada iman di dalam sang Mesias. Tapi perhatikan kata, "di antara yang lain" Cabang-cabang yang tersisa ini merupakan sisa Israel, yang tidak pernah dipisahkan dari akar yang mendukung (yang mewakili perjanjian janji-janji yang diberikan kepada para bapa bangsa Israel - Abraham, Ishak, Yakub - seperti yang diberikan oleh TUHAN). Metafora ini dengan jelas menunjukkan bahwa tunas zaitun liar (bangsa-bangsa lain yang percaya) ditempatkan di dalam cabang-cabang yang tersisa di pohon (Yahudi yang percaya). yakni Pohon Zaitun, dengan kata lain, gambaran perjanjian program penyelamatan Allah berdasarkan atas kesetiaan-Nya kepada Israel.
Paulus juga menyatakan bahwa pemulihan cabang yang patah masih berada dalam kekuasaan dan tujuan utama Allah (Rm. 11:23-24), sementara itu bangsa Israel "masih mengeras" sampai semua "tunas zaitun liar" telah dicangkokkan ke Pohon Zaitun (11:25), dan kemudian "seluruh Israel akan diselamatkan"(11:26).
Ternyata benar bahwa bangsa Israel telah menolak Mesias yang dijanjikan kepada mereka (suatu "pengerasan parsial Israel" - Rom. 11:25), Paulus menghibur dirinya dengan mencerminkan bahwa tidak semua keturunan Abraham yang secara fisik akan mewarisi perjanjian dari berkat-berkat yang TUHAN berikan. Abraham mempunyai dua anak laki-laki, yang dipilih adalah Ishak (bukan Ismail); dan Ishak juga mempunyai dua anak laki-laki, yaitu yang dipilih adalah Yakub (bukan Esau). Dengan kata lain, walaupun Ismail dan Esau adalah keturunan fisik Abraham, mereka tidak terpilih untuk menjadi pewaris dari berkat Allah. (Roma 9 : 6-8)
Memang, mengenai kasus Yakub dan Esau, Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa "meskipun mereka belum dilahirkan dan belum melakukan apa pun yang baik atau buruk - supaya rencana Allah diteguhkan mengenai pemilihan, bukan karena perbuatan, tetapi karena panggilan-Nya (Roma 9 : 11), dikatakan kepada Ribka, "yang lebih tua akan menjadi hamba yang lebih muda." Paulus kemudian mengutip dari Maleakhi 1 : 2-3, "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."
Paulus kemudian bertanya apakah Allah tidak adil. Paulus menjawab hal ini dengan tegas mengatakan bahwa TUHAN, Allah Israel berdaulat dan dapat memilih untuk menunjukkan rahmat dan karunia kepada siapa yang dikehendaki dan Dia kehendaki. Dengan kata lain, Allah memiliki hak untuk menentukan lebih dulu hasil sesuai dengan tujuan baik-Nya, dan umat manusia hanya menerima aturan-Nya di alam semesta.
Menjadi keturunan Abraham secara fisik tidaklah cukup untuk menjadi bagian dari keluarga Allah, karena hanya anak-anak dari janji yang dihitung sebagai pilihan Tuhan. Dan bahkan termasuk bangsa-bangsa lain, sebagaimana nabi Hosea ungkapkan: "mereka yang bukan umat-Ku akan Kusebut umat-Ku" (Roma 9 : 25-27 & Hosea 1:10). Dan nabi Yesaya juga berseru tentang Israel: "Sekalipun jumlah anak Israel akan seperti pasir di laut, namun hanya sisa-sisa dari mereka akan diselamatkan"
Paulus mengakhiri garis pemikiran ini dengan mengatakan bahwa mereka yang percaya dalam janji keselamatan Allah melalui Mesias telah mencapai kebenaran karena iman, tetapi orang-orang yang mengejar kebenaran mereka sendiri berdasarkan hukum tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan itu (Roma 9 : 30-31), karena Yesus sendiri adalah "akhir dari hukum untuk kebenaran" untuk semua orang yang percaya.

Ringkasan dan Kesimpulan

Untuk saat ini hanya ada 3 pilihan dasar teologis mengenai hubungan antara Gereja dan Israel yakni : Replacement Theology, Separation Theology, dan Remnant Theology.
Separation Theology (Teologi Pemisah), dengan keras membedakan bangsa Israel dengan Gereja, menyiratkan bahwa ada tiga kelompok masyarakat yang berbeda di bumi yakni: orang-orang Yahudi, orang-orang kafir, dan Gereja (yang terdiri orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dan dibentuk menjadi "satu manusia baru "). Oleh karena itu, Yahudi dianggap sebagai properti / status yang diawetkan selamanya, maka dari itu status seorang Yahudi yang juga anggota Gereja tersebut dikaburkan. Separation Theology juga membuat Gereja relatif acuh tak acuh terhadap status bangsa Israel dalam zaman sekarang ini, sejak Perjanjian, berkat, dan janji yang dibuat kepada bangsa Israel tidak dapat diterapkan secara langsung kepada Gereja. Dalam prakteknya ini dapat memiliki efek tanpa disadari meminimalkan relevansi Perjanjian Lama Kitab Suci.

Sejak Replacement Theology didasarkan pada pandangan Supersessionism , konsep Gereja mengambil prioritas di atas suku Israel, dan mengklaim bahwa Gereja menggantikan bangsa Israel dalam bentuk sisa yang percaya. Setelah Yesus datang, hanya orang-orang Yahudi yang masuk agama Kristen adalah sah "Israel milik Allah." Di sisi lain Remnant Theology, memahami bahwa Gereja adalah ciptaan baru yang dicangkokkan ke dalam perjanjian-perjanjian dan berkat-berkat yang diberikan kepada She'arit Yisrael (Sisa Israel) :

Seperti yang Anda lihat, perbedaan-perbedaan mengenai identitas sisa mengarah ke interpretasi yang berbeda mengenai identitas Gereja.
Jika sisa Israel dianggap sebagai "Gereja", maka Penggantian / Replacemant Theology akan tampak menarik. Namun, jelas bahwa ekklesia Yesus adalah sesuatu yang "melebihi dan di atas" sisa Israel (She'arit Yisrael), dan sebagian besar teolog Replacement tidak berusaha untuk menerjemahkan kata ekklesia (sebagaimana ditemukan di dalam LXX) secara harfiah merujuk kepada "Gereja" yang Paulus tulis dalam surat-suratnya. Memang, fakta yang menyedihkan bahwa sebagian besar teolog ini menggunakan terjemahan Yunani dari Tanakh, daripada memeriksa teks yang Ibrani asli, sehingga dalam Perjanjian Baru penggunaan kata "ekklesia" berarti "Gereja" dalam Alkitab bahasa Indonesia kita.
Jika Israel digantikan oleh Gereja (Replacement Theology / Teologi Pengganti) sebagai "sebagai umat pilihan Allah di bumi" tentu saja Islam juga mengklaim bahwa mereka telah "menggantikan" Israel sebagai umat pilihan Allah di bumi, inilah yang masih menjadi permasalahan, maka jelas bahwa Remnant Theology adalah yang paling akurat dari pandangan-pandangan ini. Satu konsekuensi dari perspektif ini adalah bahwa orang Kristen bukan Yahudi harus kembali ke akar Yahudi dari iman mereka dan menunjukkan kasih dan penghargaan mereka untuk Israel.
Metafora pohon zaitun menunjukkan dengan jelas bahwa Gereja memang dimasukkan / dicangkokkan ke dalam sisa Israel. Gereja non Yahudi harus bertobat terkait dengan sikap arogan terhadap orang-orang Yahudi dan mengungkapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah untuk pelestarian yang ajaib kepada mereka selama berabad-abad. Selain itu, Gereja non Yahudi harus berdiri dengan bangsa Israel dengan mempertimbangkan mereka sebagai "saudara-saudara," yaitu, mereka yang mengambil bagian dalam TUHAN Yesus Kristus. Karena "karunia dan panggilan Allah tidak dapat dibatalkan" (Roma 11:29), dan jika Israel menolak berarti perdamaian bagi dunia (Roma 11 : 13-15).
Rencana TUHAN yang menyeluruh adalah untuk menebus orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain melalui perjanjian tanpa syarat dan janji-janji yang diberikan kepada leluhur bangsa Israel. Gereja non Yahudi bukan menggantikan Israel (Replacement Theology); juga tidak berada di luar Israel (Separation Theology); tetapi lebih dimasukkan / dicangkokkan dalam sisa Israel yang setia (Remnant Theology).

Sumber: http://yisreh.byethost31.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar