Senin, 11 Juli 2011

The Lost Year of Jesus

THE LOST YEARS OF JESUS:
DIMANA YESUS BERADA KETIKA BERUSIA 12-30 TAHUN?


Yohanes 21:25
LAI TB, Masih banyak hal lain yang dilakukan oleh Yesus. Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, saya rasa tak ada cukup tempat di seluruh bumi untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu.
KJV, And there are also many other things which Jesus did, the which, if they should be written every one, I suppose that even the world itself could not contain the books that should be written. Amen.
TR, εστιν δε και αλλα πολλα οσα εποιησεν ο ιησους ατινα εαν γραφηται καθ εν ουδε αυτον οιμαι τον κοσμον χωρησαι τα γραφομενα βιβλια αμην
Translit. Interlinear, estin {adalah} de {adapun} kai {juga} alla {hal-hal lain} polla {banyak} hosa {yang} epoiêsen {melakukan} ho iêsous {Yesus} hatina {yang} ean {jikalau} graphêtai {mereka ditulis} kath hen {satu per satu} oude {bahkan tidak} auton {ini} oimai {aku mengira} ton kosmon {dunia} chôrêsai {dapat mencatat} ta graphomena {ditulis} biblia {gulungan2 kitab} amên {Amin}

Keempat periwayat Injil hanya menceritakan kehidupan Yesus ketika :
ØIa dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7),
ØIa disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait Allah (Lukas 2:21-40),
ØPemunculan-Nya kembali di tempat Bait Allah yang sama pada umur 12 tahun (Lukas 2:41-52), dan
ØPenampilan diri-Nya di depan umum setelah dibaptiskan oleh Yohanes, "ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira 30 tahun" (Lukas 2:23).

Jadi, ada "waktu senyap" (the silent period) selama 18 tahun, antara usia 12 sampai 30 tahun. "Kesenyapan" ini (minimal kalau kita mengikuti corak pikiran itu), telah menyebabkan banyak penulis mencoba mengisinya menurut tuntutan kepentingan mereka dan pengandaian-andaian mereka sendiri.
Dari abad ke abad, khususnya setelah zaman Rasuli yang dimulai pada akhir abad ke-2 Masehi, berbagai spekulasi mulai berkembang. "Kisah-kisah lancung" inilah yang akhirnya menjadi tulisan-tulisan apokrifa dan pseudographa.
Literatur ini banyak dijadikan rujukan oleh ahl al-bid'ah (heresy). Contoh-contoh tulisan apokrif ini misalnya- Injil al-Tufuliyah (Arabic Gospel of Infancy) yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Yesus dapat berbicara pada waktu bayi ketika Yesus sedang digendong Maryam, ibu-Nya. "Ana huwa Yasu'a Ibn Allah" (Akulah Yesus, Putra Allah), kata bayi Yesus kepada ibu-Nya, "alladzi walidati kamma basyiruki Jibril al-Malak wa atta arsalni lil khalash al-'alam" (yang dilahirkan sebagai berita gembira dari malaikat Jibril kepadamu dan aku diutus untuk keselamatan dunia).
Selanjutnya, berita Injil Matius 2:13-15 mengenai pelarian ke Mesir, dalam Injil Palsu Matius (Pseudo-Gospel of Matthew) yang berasal dari abad ke-5 Masehi, dikembangkan menjadi kisah-kisah ajaib berlebih-lebihan, pohon korma yang membungkuk menuruti perintah Yesus masa kanak-kanak untuk mengeluarkan buahnya dan air segar yang memancar dari bawah pohon itu.
Demikian pula, kisah-kisah ajaib mengenai remaja Yesus yang membuat burung dari tanah liat, dimuat dalam The Gospel of Thomas (Injil Thomas) berbahasa Yunani yang berasal dari abad ke-3 Masehi. Kisah-kisah ini sangat populer di kalangan sekte-sekte heretik Kristen di tanah Arab menjelang dan pada saat kelahiran Islam. (lihat Artikel INJIL-INJIL RAHASIA (Apokrif), di injil-injil rahasia apokrif vt2455.html#p13590 )

THE DEAD SEA SCROLLS:
MENCARI JEJAK YESUS DI GUA-GUA WADI QUMRAN
Sejak tahun 1947, setelah menemukan manuskrip-manuskrip Laut Mati, para ahli sibuk mengaitkan dengan sejarah Kekristenan awal. Menurut kesepakatan para ahli yang terkenal, gua-gua lautan mati menyimpan bukti sejarah orang-orang eseni (Essene). Kaum Eseni adalah sekelompok orang Yahudi yang tidak puas dengan pemilihan imam besar di Bait Allah Yerusalem. Lalu, mereka mendirikan komuniti tersendiri di Laut Mati di bawah pimpinan seseorang yang bergelar Guru Kebenaran (Moreh Hassedeq) atau Guru Komunitas (Moreh hayyahad).
Menurut James H. Charlesworth, komunitas Qumran dimulai kira-kira tahun 150 SM, dan berakhir ketika tentara Roma menghancurkan tempat ini tahun 68 M. Dan dari sebelas gua-gua yang dihuni oleh orang-orang Qumran, para penghuni Qumran meninggalkan bagi kita naskah-naskah kuno, termasuk teks-teks Alkitab Perjanjian Lama, yang sebagian besar tertulis dalam bahasa Ibrani/Arami dan sebagian kecil sisanya berbahasa Yunani (khususnya gua-7). Manuskrip terkuno dapat ditentukan berasal dari tahun 250 SM, jadi 100 tahun sebelum manuskrip itu dibawa oleh penghuni Qumran dalam tempat-tempat pengungsiannya.
Pada awal penemuan naskah-naskah ini, dunia ilmu pengetahuan seperti tersentak. Lebih-lebih, apabila ketika para ahli sedang mencari-cari 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Pejanjian Baru. Hal ini tampak dari judul buku Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed. [5]
Sehingga banyak orang harap-harap cemas dengan penemuan terbesar abad ke-20 tersebut, secara khusus dalam usaha mencari "benang merah" dengan sejarah Kekristenan mula-mula. "Dalam banyak segi", tulis Duport Summer, "Tuan (Master) Galilea itu tampak sebagai seorang reinkarnasi Guru Kebenaran dari Qumran yang sangat mencengangkan".
Sedangkan Potter, sambil mengemukakan teorinya bahwa kaum Eseni Qumran adalah "ibu dari Kekristenan", secara lebih bombastis lagi menulis:
Dan sekarang setelah terbukti bahwa sejarah Kekristenan dapat ditemukan dalam masyarakat yang disebut Perjanjian Baru (B'rit ha-Hadasah) yang biasa disebut ESENI. Masalah penting yang menantang seluruh dunia Kristen ialah, apakah seorang anak akan mempunyai keperwiraaan, keberanian dan kejujuran untuk mengakui dan menghormati ibunya sendiri.

Robert Einseman, salah seorang dari sarjana peneliti Qumran yang sangat liberal, menunjukkan bahwa banyak petunjuk yang dengan jelas menghubungkan Qumran dengan Kekristenan awal. Einseman berangkat dari fakta bahwa Kekristenan Yahudi awal di Yerusalem disebut NOTZRIM (im bentuk jamak), yang menunjuk komunitas "pengikut Yesus, orang Nazaret" (Kisah Para Rasul 24:5; Matius 2:23). Akan tetapi Robert Einseman menghubungkan nama Kekristenan awal ini dengan istilah Ibrani "NOTSERI" (yang memelihara). Jadi, cocok dengan komunitas Qumran yang juga disebut "NOTSERI HA-BERIT" (yang memelihara Perjanjian).
Selanjutnya, Einseman juga mengemukakan fakta tentang adanya komunitas Kristen Yahudi pada abad ke-2 Masehi di Jabal Fahin (Yunani: Pella), seberang Yordan, yang disebut "Ebionit". Karena istilah ini berasal dari bahasa Ibran EBIYON (orang-orang miskin), maka cocok dengan identitas jemaat Yerusalem sendiri (Galatia 2:10).
Data-data ini oleh Einseman ditafsirkan sedemikian rupa, sehingga terbangunlah teorinya yang menganggap bahwa Guru Kebenaran (Moreh hassadeq) yang disebut dalam naskah-naskah Qumran itu adalah Yakobus, saudara Yesus yang juga digelari Ha-Tsadiq (Yang Benar) dalam Gereja kuno. Sedangkan 2 tokoh lain yang juga disebut-sebut dalam naskah Qumran adalah Imam yang jahat, yang oleh Einseman ditafsirkan Kayafas dan Pendusta adalah Rasul Paulus. Dengan menyebut Paulus sebagai pendusta maka Einseman mempertentangkan Kekristenan yang Paulinis dengan Kekristenan Yahudi di Yerusalem.
Walaupun ada kemiripan yang ditemukan mengenai komunitas Qumran dengan Kekristenan, semua teori yang disebut di atas terus berubah. Kalau di awal-awal penemuan naskah ini sosok Guru tergolong cukup misterius, kini menjadi tidak lagi setelah data-data semakin lengkap direkontruksi. Memang, istilah-istilah Eseni, Oseni, Natsorea, Ebiyonim, Notsrim, Hasidim, Zaddikim tampak sebagai variasi-variasi atas tema yang satu dan sama. Istilah Eseni, misalnya, berasal dari kata "osei hattorah" (mereka yang melakukan Torah).
Jadi, meskipun nama-nama itu berkatian, tetapi semua menunjuk kepada latar belakang warisan spiritual bersama. Artinya, sangat gegabah untuk waktu sekarang mencari asal-usul istilah Perjanjian Baru dari Qumran, sebab istilah itu berakar dari pengharapan Yudaisme pada umumnya (bandingkan Yeremia 31).
Juga, mengasalkan tema Injil Yohanes tentang "terang dan gelap" dari salah satu naskah Qumran (1QM) berjudul Milkamah (Perang). Naskah ini memuat "Peperangan anak-anak Terang dan anak-anak Kegelapan". Sebab tema gelap dan terang adalah tema umum Yudaisme, dan lagi dalam pandangan Qumran peperangan itu bersifat abadi. Sedangkan dalam Injil Yohanes:
"Terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:5).

Kesimpulan semacam itu telah dibuat oleh 2 orang penulis polemik Muslim yang tidak berasal dari kalangan ahli atau pakar. Mereka adalah O. Hasyem dalam buku Tantangan Dari Qumran, 9) dan Saleh A. Nahdi dalam buku, Nafiri Maut dari Lembah Qumran. 10) Berdasarkan penelitian penulis lain yang belum final, antara lain Charles Francis Potter dan Duport Summer yang telah disebutkan di atas, kedua penulis Muslim ini terburu nafsu menyimpulkan bahwa ajaran Kristen adalah hasil pemalsuan dari ajaran Yesus asli. Logik mereka begini, Yesus adalah Guru Kebenaran sendiri. Padahal setelah diteliti, dalam naskah-naskah Qumran tidak ada ajaran mengenai penyaliban Yesus, Tritunggal, dan pokok-pokok ajaran Kristian lainnya. Jadi, terlalu pagi untuk meyimpulkan bahwa asal Kekristenan dari kaum Eseni di Qumran. Apalagi untuk menyimpulkan bahwa Guru Kebenaran itu Yesus sendiri.
Kesimpulan semacam itu telah dibuat oleh 2 penulis Islam yang "tidak berasal dari kalangan ahli". Berdasarkan atas 2 penelitian orang lain yang belum final, 2 penulis ini: O. Hasyem, Tantangan Dari Qumran, dan Saleh A. Nahdi, Nafiri Maut dari Lembah Qumran. Berdasarkan penelitian penulis lain yang belum final, antara lain Charles Francis Potter dan Duport Summer yang telah disebutkan di atas, kedua penulis Muslim ini terburu nafsu menyimpulkan bahwa ajaran Kristen adalah hasil pemalsuan dari ajaran Yesus asli. Logika mereka begini, Yesus adalah Guru Kebenaran sendiri. Padahal setelah diteliti, dalam naskah-naskah Qumran tidak ada ajaran mengenai penyaliban Yesus, Tritunggal, dan pokok-pokok ajaran Kristian lainnya.
Dengan berlagak sebagai ahli dan 'pakar', kedua penulis itu juga menguraikan perbedaan-perbedaan ajaran Kristen dengan Guru Kebenaran untuk menyatakan "kepalsuan ajaran Kristen". Padahal, Yesus jelas-jelas bukan Guru Kebenaran yang dimaksud dalam naskah-naskah Qumran itu. Masa hidup Guru Kebenaran memang terjadi sebelum zaman Kristus. Jean Danielou dalam The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity menulis bahwa Guru Kebenaran dari sekte Eseni di Qumran telah wafat kira-kira tahun 50 S.M.
Lebih-lebih penemuan terakhir dari The Dead Sea Scrolls. Menurut hasil penelitian O'Chalagan, terta salah satu naskah berbahasa Yunani yang ditemukan di gua tujuh adalah serpihan fragmen Injil Markus 6:52-53 dan 1 Timotius 3:16. Bukti baru ini menunjukkan bahawa teori yang selama ini menentukan penulisan Injil Markus setelah tahun 60 akan gugur. Sebab menurut kesaksian sejarawan Yahudi, Flavius Josephus dalam Antiquities of The Jews, komuniti Qumran berakhir akibat serangan militer Roma pada tahun 68 Masehi.
Jadi, Injil ini sudah ada di Qumran kemungkinan karena dibawa oleh orang-orang Kristian yang menginjil setelah cetusnya perang Yahudi tahun 66 M. Oleh kerana itu, Injil harus ditulis pada masa yang lebih awal lagi. Bahkan sudah ditemukannya fragmen Surat Paulus di Qumran, jelas telah menggugurkan teori 'pertentangan Yakobus dan Paulus' sebagaimana dikemukakan di atas.

DIMANAKAH YESUS KETIKA BERUSIA 12-30 TAHUN?
Dari deskripsi tersebut di atas, jelas bahwa semua teori yang mencari-cari "the silent period" (waktu senyap) Yesus itu akan tinggal sebagai "spekulasi cerdik" belaka. Bahkan teori-teori seperti itu sebenarnya tidak akan mucul apabila kita memahami dengan baik kebudayaan dan agama Yahudi, yang menjadi latar-belakang kehidupan Yesus, "yang lahir dari seorang perempuan yang takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).
Mengapa Yesus hanya ditampilkan hanya kelahiran-Nya, usia 12 tahun dan baru ditulis lagi setelah berusia 30 tahun? Dari perspektif Yahudi, hal itu bukan hal yang aneh, sebab menurut budaya Yahudi seorang laki-laki baru boleh mengajar di depan umum pada usia 30 tahun.
Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:
1)      YELED, "usia bayi";
2)      YONEK, "usia menyusu";
3)      OLEL, "lebih tua lagi dari menyusu";
4)      GEMUL, "usia disapih";
5)      TAPH, "usia mulai berjalan";
6)      ULEM, "anak-anak";
7)      NA'AR, "mulai tumbuh remaja"; dan
8)      BAHAR, "usia remaja".  
Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil, kita hanya membaca tiga klasifikasi usia saja yang dimuat, yaitu bayi (YELED), usia disapih (GEMUL), ketika ia diserahkan di Bait Allah di hadapan Simeon dan Anna, dan remaja (BAHAR, 12 tahun) ketika Yesus diajak Yusuf dan Maria, kedua orang tuanya, ke Yerusalem.
Mengapa Yesus muncul pada usia 12 tahun? Karena usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting, karena seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut BAR MITSVAH (anak Hukum). Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Firaun, Samuel menerima suara yang berisi visi Ilahi, Salomo (Nabi Sulaiman) mulai menerima Hikmat Allah dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem.
Dalam rangkaian ritus Yahudi itu Yesus harus melakukan 'ALIYAH (naik) dan BEMAH (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga THEPILIN SHABAT.
Sejak abad-abad Pertengahan, usia BAR MITSVAH dilakukan pada usia 13 tahun. Menurut literatur Yahudi abad pertengahan Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruah (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan baginya NISHAMA (reasonable soul, "jiwa akali").
Mulai usia 20 tahun tersebut seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (BET MIDRASH). Sedangkan tahapan-tahapan pendidikan Yahudi adalah sebagai berikut: MIQRA (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun, MISHNA mulai usia 10 tahun, TALMUD pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun); MIDRASH (madarasah) pada usia 20 tahun, dan sejak usia 30 tahun baru boleh mengajar di depan umum. Alkitab memang tidak menjelaskan mengenai hal itu secara detail waktu-waktu yang dihabiskan Yesus pada masa kecil hingga dewasa. Hanya ada ayat-ayat yang implisit menyatakannya. Salah satunya adalah ini :
Lukas 2:49-51
2:49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Perhatikan frasa "Mengapa engkau mencari AKU? Aku harus berada di-Rumah Bapa-ku." Saat itu Yesus mengucapkannya saat Ia berada di-Bait suci Yerusalem. Jadi dari ayat tsb, apabila kita kaitkan dengan budaya Yahudi pada masa itu, maka secara tradisi kita bisa memahami bahwa setiap anak-anak Israel harus sekolah hingga usia 17-19 tahun.
Lalu saat memasuki usia 20 tahun (usia madarasah), dan mereka yang mau melanjutkan sekolah theology, boleh memasuki pendidikan keimaman/ pengajar Taurat. Pendidikan imam Yahudi berlangsung kurang lebih 10 tahun. Mulai dari jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala.
Bait Suci menjadi tempat pendidikan imam/ ahli-ahli Taurat. Maka dari itu Yesus berkata : "Mengapa engkau mencari AKU? Aku harus berada di-Rumah Bapa-ku (di-bait suci)" Lukas 2:49.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa Yesus sepanjang usia 12-19 tahun menempuh pendidikan umum sebagaimana anak-anak Israel yang lain, lalu memasuki usia 20-30 tahun, Ia menempuh & lulus pendidikan imam/ sebagai ahli Taurat di-bait suci. Baru kemudian menapak usia 30 tahun, Ia memasuki dunia pelayanan publik. Dengan di-awali oleh Baptisan Yohanes.
Adakah bukti bahwa Yesus pernah menempuh pendidikan imam?
Hal ini didasari atas 3 fakta :
1.      Memang jenjang pendidikan imam Yahudi adalah 10 tahun (usia 20-30 tahun). Hal tsb saat ini di-teladani oleh banyak Sinode dalam jenjang Kependetaannya. Misal:
Dari Deacon ke Pdp (Pendeta Pembantu) ---> 2 tahun.
Dari Pdp ke Pdm (Pendeta Muda) ---> 4 tahun
Dari Pdm ke Pdt (Pendeta Otonom) ---> 4 tahun
Total 10 tahun.
2.      Para alumni / Lulusan sekolah imam itu biasanya dipanggil: Rabbi atau Guru. Sebutan ini Khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang boleh dipanggil Rabbi atau Guru. Kecuali mereka yang pernah menempuh Study Theology di-sekolah-sekolah imam tsb. Gelar ini diucapkan oleh khalayak Yahudi apda masa itu karena Yesus pernah menjalani pendidikan sebagai ahli Taurat/ pendidikan keimaman. Banyak bukti Alkitab yang membuktikan Yesus dipanggil Rabbi atau Guru oleh masyarakat Yahudi yang bukan dari kalangan 12 murid-Nya. Dari situ kita dapat melihat bahwa Ia memang pernah menempuh pendidikan itu.
Bahkan ahli-ahli Taurat & para Farisi pun segan dengan Yesus dan mereka juga memanggil Yesus dgn sebutan : Rabbi, karena mereka memang tahu bahwa Yesus punya latar belakang pendidikan yang setara bahkan lebih tinggi dari mereka:

Yohanes 8:3-4
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
3.      Tidak semua orang punya hak/ akses mengajar di-bait suci. Bahkan Yohanes Pembaptis aja tidak melakukan itu. Karena hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di-Bait Suci. Dan karena Yesus mempunyai jabatan "Rabi", maka Ia diperbolehkan mengajar di-Bait suci:
Yohanes 8:2
Pagi-pagi benar Yesus berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.


PENUTUP
Dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Yesus serta latar belakang agama dan budayanya, jelas bahwa spekulasi-spekulasi mengenai 18 tahun kehidupan Yesus yang hilang, sama sekali tidak mempunyai landasan sejarah. Jadi, kemana Yesus selama 12 tahun sampai 30? Jawabannya, berdasarkan data-data Injil sendiri (Matius 13:55; Markus 6:3), Yesus menjalani kehidupan sebagaimana layaknya anak-anak Yahudi dan ia bersama keluarganya bekerja di Nazaret sebagai tukang kayu.
Mengapa kisah kehidupan-Nya baru dicatat setelah usia 30 tahun? Karena memang demikianlah lazimnya kehidupan orang Yahudi, sedangkan usia 12 tahun juga disinggung karena sebagai usia BAR MITSVAH. Adanya spekulasi-spekulasi Yesus telah sampai di India untuk belajar yoga bersama guru-guru dari Timur Jauh sebenarnya adalah hanya cerita dongeng dan fiksi yang hanya menarik didengar, daripada dapat dibuktikan secara historis ataupun sebagai fakta sejarah.
Alkitab cukup memberikan informasi bahwa sejak kecil hingga berusia ± 30 tahun, Yesus Kristus tinggal di Nazaret :
Lukas 2:51
LAI TB, Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
KJV, And he went down with them, and came to Nazareth, and was subject unto them: but his mother kept all these sayings in her heart.
TR, και κατεβη μετ αυτων και ηλθεν εις ναζαρετ και ην υποτασσομενος αυτοις και η μητηρ αυτου διετηρει παντα τα ρηματα ταυτα εν τη καρδια αυτης
Translit. Interlinear, kai {lalu} katebê {Ia turun (dari Yerusalem)} met {bersama} autôn {mereka} kai {dan} êlthen {datang} eis {ke} nazaret {nazaret} kai {dan} ên hupotassomenos {tetap tunduk dibawah perintah/ didikan/ asuhan} autois {kepada mereka} kai {lalu} hê mêtêr {ibu} autou {-Nya} dietêrei {menyimpan} panta {semua} ta {itu} rêmata tauta {hal-hal ini} en {dalam} tê kardia {hati} autês {-nya}
Frasa "Ia tetap hidup dalam asuhan mereka", "ên hupotassomenos autois" menyiratkan bahwa Yesus tetap bersama orang tuanya. Perhatikan ' hupotassomenos' dari kata 'hupotasso' dibentuk dari kata 'hupo', "di bawah"; dan 'tasso', "perintah", "didikan", "asuhan".

Dengan ini Alkitab merujuk bahwa usia 30 tahun merupakan usia yang sering dirujuk dalam Alkitab untuk seseorang memulai "tugas"nya. Yusuf mulai menjadi penguasa muda Mesir saat berusia 30 tahun. Orang Yahudi yang "wajib tugas" ditentukan mulai usia 30 tahun hingga 50 tahun (Bilangan 4), Daud mulai menjadi raja saat berusia 30 tahun. Maka, adanya spekulasi-spekulasi Yesus sampai di India untuk belajar yoga bersama guru-guru dari Timur jauh, adalah fiksi yang hanya menarik didengar, ketimbang dibuktikan secara historis. 



http://www.sarapanpagi.org/the-lost-years-of-jesus-vt42.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar